Eskalasi Konflik di Gaza: Serangan Israel Merenggut Nyawa Belasan Warga Sipil
Serangkaian serangan udara Israel kembali menghantam Jalur Gaza pada hari Jumat, 23 Mei, menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka di kalangan warga sipil. Menurut laporan dari pejabat badan pertahanan sipil Gaza, Mohammed al-Mughayyir, sedikitnya 16 orang tewas akibat gempuran yang terjadi sejak tengah malam. Sebagian besar serangan terkonsentrasi di wilayah tengah dan selatan Jalur Gaza, menyebabkan puluhan orang mengalami luka-luka.
Operasi militer Israel di Jalur Gaza kembali diintensifkan sejak 18 Maret, setelah berakhirnya gencatan senjata selama dua bulan. Dalam beberapa hari terakhir, serangan militer Israel di wilayah kantong Palestina tersebut semakin meningkat. Militer Israel menyatakan bahwa pasukannya bertindak dengan kekuatan intens di sejumlah area di Gaza utara, termasuk sebagian wilayah Gaza City dan kamp pengungsi Jabalia. Mereka menuduh bahwa "organisasi teroris" beroperasi di wilayah tersebut dan mendesak warga sipil untuk mengungsi ke area selatan. Sebagian besar dari 2,4 juta penduduk Gaza telah mengungsi setidaknya satu kali selama konflik ini.
Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan bahwa ribuan orang telah tewas akibat serangan Israel sejak operasi militer dilanjutkan. Jumlah korban jiwa terus bertambah seiring berjalannya waktu. Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memburuk akibat blokade bantuan kemanusiaan oleh Israel sejak awal Maret. Meskipun Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah mengumumkan bahwa bantuan kemanusiaan akan diizinkan masuk secara terbatas, namun laporan dari kantor media pemerintah Gaza menunjukkan bahwa jumlah bantuan yang tiba masih sangat minim.
Juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Stephane Dujarric, mengungkapkan kekhawatiran atas situasi di Gaza, dengan menyatakan bahwa "sejumlah kecil truk yang membawa tepung dicegat oleh para penduduk dan isinya dipindahkan". Tindakan ini mencerminkan tingkat kecemasan yang sangat tinggi di kalangan warga Gaza, yang tidak mengetahui kapan pengiriman bantuan kemanusiaan berikutnya akan dilakukan. Eskalasi konflik dan pembatasan akses terhadap bantuan kemanusiaan telah menciptakan krisis kemanusiaan yang mendalam di Jalur Gaza, dengan konsekuensi yang menghancurkan bagi penduduk sipil.