Amerika Serikat Pertimbangkan Penarikan Sebagian Pasukan dari Korea Selatan, Seoul Buka Suara

Isu mengenai potensi penarikan sebagian pasukan militer Amerika Serikat (AS) dari Korea Selatan (Korsel) mencuat ke permukaan. Menanggapi laporan yang beredar, Kementerian Pertahanan Seoul menyatakan bahwa hingga saat ini, belum ada diskusi apapun dengan pihak Washington terkait masalah ini.

Kabar mengenai kemungkinan penarikan pasukan AS ini pertama kali dilaporkan oleh Wall Street Journal (WSJ), yang mengutip keterangan dari sejumlah pejabat pertahanan AS yang tidak disebutkan namanya. Menurut laporan tersebut, AS tengah mempertimbangkan untuk merelokasi sekitar 4.500 personel militernya dari Korsel ke berbagai lokasi lain, termasuk Guam. Langkah ini disebut-sebut sebagai bagian dari peninjauan ulang strategi pertahanan AS di kawasan.

AS telah lama menjadi sekutu keamanan utama Korsel, dengan menempatkan sekitar 28.500 tentaranya di negara tersebut. Kehadiran pasukan AS ini bertujuan untuk membantu Seoul dalam menghadapi ancaman dari Korea Utara (Korut) yang memiliki senjata nuklir. Aliansi antara AS dan Korsel telah terjalin selama beberapa dekade dan menjadi pilar penting dalam menjaga stabilitas di Semenanjung Korea.

Sebelum terpilih menjadi Presiden AS pada tahun 2024, Donald Trump sempat menyampaikan bahwa jika ia terpilih kembali, ia akan menuntut Korsel untuk membayar lebih banyak biaya terkait penempatan pasukan AS di negara tersebut. Pernyataan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengamat mengenai komitmen AS terhadap aliansi dengan Korsel.

Pasukan Amerika Serikat di Korea (USFK) merupakan komando gabungan di bawah Komando Indo-Pasifik AS, yang bertugas mendukung dan melatih pasukan gabungan Korsel-AS serta pasukan multinasional Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Keberadaan USFK dianggap krusial dalam menjaga kesiapan dan interoperabilitas antara pasukan AS dan Korsel.

Pada tahun sebelumnya, Seoul dan Washington telah menandatangani perjanjian pembagian biaya selama lima tahun. Dalam perjanjian tersebut, Korsel setuju untuk meningkatkan kontribusinya sebesar 8,3 persen, menjadi 1,52 triliun Won (sekitar Rp 18 triliun) pada tahun 2026. Peningkatan kontribusi ini mencerminkan komitmen Korsel untuk berbagi beban dalam menjaga keamanan di kawasan.

Kementerian Pertahanan Korsel menegaskan bahwa pasukan AS di Korea merupakan komponen utama dalam aliansi Korsel-AS, yang mempertahankan postur pertahanan gabungan yang kuat dengan militer Korsel untuk mencegah agresi dan provokasi dari Korea Utara. Kehadiran pasukan AS juga dinilai berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea dan di kawasan sekitarnya.

Kementerian Pertahanan Korsel menyatakan akan terus bekerja sama erat dengan AS untuk memperkuat peran aliansi tersebut di masa mendatang. Sementara itu, pihak USFK menolak memberikan komentar terkait laporan WSJ tersebut, dan menyatakan bahwa pernyataan apapun harus datang dari Washington.

Isu penarikan pasukan AS dari Korsel ini tentu menimbulkan berbagai pertanyaan dan spekulasi mengenai masa depan aliansi antara kedua negara. Perubahan dalam postur pasukan AS di Korsel dapat berdampak signifikan terhadap dinamika keamanan di Semenanjung Korea dan kawasan Asia Timur secara keseluruhan.