Pemotongan Dana USAID: Ancaman Naiknya Kasus Tuberkulosis Global

Pemotongan Dana USAID: Ancaman Naiknya Kasus Tuberkulosis Global

Keputusan pemerintahan Trump untuk menghentikan pendanaan U.S. Agency for International Development (USAID) untuk program tuberkulosis (TBC) global telah menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan otoritas kesehatan internasional. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa langkah tersebut berpotensi menyebabkan lonjakan kasus dan kematian akibat TBC di seluruh dunia, membalikkan kemajuan signifikan yang telah dicapai dalam memerangi penyakit mematikan ini.

Sebelum dihentikan, USAID berkontribusi signifikan terhadap upaya global penanggulangan TBC, menyediakan sekitar seperempat dari total dana donor internasional, mencapai US$250 juta per tahun. Dana ini digunakan untuk mendukung berbagai program penting di 24 negara, termasuk pencegahan, pengujian, dan pengobatan TBC. Pemotongan mendadak ini telah menciptakan dampak yang sangat merusak pada sistem kesehatan di banyak negara berkembang yang sangat bergantung pada bantuan USAID.

WHO mencatat sejumlah konsekuensi serius akibat pemotongan dana tersebut. Rantai pasokan obat-obatan TBC terganggu, layanan laboratorium mengalami kendala yang signifikan, dan sistem pengawasan TBC runtuh. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam mengidentifikasi, memantau, dan mengobati kasus TBC secara efektif. Beberapa uji coba penelitian terkait TBC juga terpaksa dihentikan, menghambat pengembangan pengobatan dan diagnostik baru.

Dampaknya paling terasa di 18 negara dengan beban penyakit TBC tertinggi, yang sebagian besar terletak di Afrika. Di Uganda, misalnya, pemotongan dana telah menyebabkan kekurangan staf kesehatan masyarakat, yang bertugas mendiagnosis, mengobati, dan melacak kontak pasien TBC. Kekurangan staf ini mengakibatkan keterlambatan diagnosis, sehingga pasien TBC sering kali baru terdiagnosis setelah meninggalkan klinik, sementara mereka telah menularkan penyakit kepada orang lain di rumah.

Sebuah proyek model yang dikoordinasikan oleh Stop TB Partnership, sebuah organisasi PBB, memperkirakan bahwa sejak penghentian pendanaan pada 24 Januari, sekitar 3.400 kematian tambahan akibat TBC dan 6.000 infeksi baru mungkin telah terjadi. Ini menunjukkan betapa signifikannya dampak pemotongan dana tersebut terhadap upaya pengendalian TBC global. Model tersebut memperhitungkan dampak dari terganggunya rantai pasokan obat, keterbatasan layanan laboratorium, dan penurunan kapasitas pengawasan penyakit.

USAID memainkan peran kunci dalam berbagai aspek penanggulangan TBC, termasuk pengawasan kasus baru, peningkatan rantai pasokan obat, investasi dalam uji klinis, dan penyediaan alat diagnostik dan perawatan, bahkan di daerah terpencil. Lembaga ini juga membantu negara-negara mendapatkan obat-obatan dengan harga lebih rendah melalui pendanaan Fasilitas Obat Global. Hilangnya dukungan ini akan sangat terasa, terutama bagi negara-negara dengan infrastruktur kesehatan yang lemah dan akses terbatas ke sumber daya.

Pakar kesehatan memperingatkan bahwa dampak pemotongan dana USAID akan berdampak jangka panjang, mengancam kemajuan dalam memerangi TBC dan berpotensi menyebabkan peningkatan angka kematian dan morbiditas secara global. Upaya internasional yang terkoordinasi dan pendanaan berkelanjutan sangat penting untuk mencegah bencana kesehatan masyarakat yang lebih besar dan untuk memastikan bahwa upaya global dalam memberantas TBC tidak terhenti.

Dampak Pemotongan Dana Terhadap Sistem Kesehatan:

  • Gangguan Rantai Pasokan Obat: Ketersediaan obat TBC menurun, sehingga pengobatan terhambat.
  • Layanan Laboratorium Terganggu: Keterbatasan fasilitas pengujian mengakibatkan diagnosis tertunda.
  • Sistem Pengawasan Runtuh: Kesulitan dalam mengidentifikasi dan melacak kasus baru.
  • Penghentian Uji Coba Penelitian: Pengembangan pengobatan dan diagnostik baru terhambat.
  • Kekurangan Staf Kesehatan: Keterbatasan tenaga kesehatan mengakibatkan kapasitas pelayanan menurun.