Lima Orangutan Kembali ke Habitat Alami di Kalimantan Tengah Setelah Rehabilitasi

Setelah menjalani rehabilitasi intensif, lima individu orangutan dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, Kalimantan Tengah. Inisiatif ini merupakan kolaborasi antara Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (Yayasan BOS), serta berbagai mitra yang peduli terhadap konservasi satwa liar.

Kepala BKSDA Kalteng, Andi Muhammad Kadafi, menyampaikan bahwa setiap pelepasliaran orangutan adalah wujud nyata komitmen untuk memulihkan keseimbangan alam. Kelima orangutan, terdiri dari tiga betina dan dua jantan, telah melalui proses rehabilitasi panjang di Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng hingga akhirnya dinilai siap untuk hidup mandiri di alam bebas.

Pelepasliaran ini bukan sekadar program rutin, melainkan sebuah tanggung jawab moral, ekologis, dan konstitusional untuk menjaga keanekaragaman hayati Indonesia. Upaya ini selaras dengan pembangunan nasional berkelanjutan yang menekankan pada pelestarian satwa liar dan pemulihan habitatnya, seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keberlangsungan fungsi ekosistem.

Gubernur Kalteng, Agustiar Sabran, menekankan bahwa inisiatif ini mencerminkan komitmen dalam menjaga warisan alam Kalimantan Tengah. Momentum pelepasliaran ini juga bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional dan menjelang HUT ke-68 Provinsi Kalimantan Tengah, menjadi pengingat bahwa kebangkitan sejati bangsa mencakup kesadaran untuk hidup harmonis dengan alam.

Tema HUT Kalteng tahun ini, ‘Kalimantan Tengah Masa Depan Indonesia,’ menegaskan bahwa pelestarian lingkungan dan perlindungan satwa liar adalah bagian integral dari visi pembangunan berkelanjutan. Pemerintah daerah mendukung penuh upaya konservasi dan mengajak seluruh masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga kelestarian alam.

Kepala TNBBBR, Persada Agussetia Sitepu, menegaskan komitmen untuk menjaga keutuhan ekosistem hutan dan memastikan satwa liar seperti orangutan dapat hidup bebas di habitatnya. Orangutan merupakan spesies kunci yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan Kalimantan. Kawasan konservasi seperti TNBBBR adalah benteng terakhir yang harus dijaga secara kolaboratif.

Pelepasliaran ini adalah bagian dari proses panjang pemulihan ekologis, sekaligus pengingat bahwa kawasan konservasi bukan hanya rumah bagi satwa liar, tetapi juga ruang belajar dan refleksi tentang pentingnya hidup berdampingan dengan alam. Ini adalah warisan berharga yang harus dijaga untuk generasi mendatang.

Ketua Pengurus Yayasan BOS, Jamaratin Sihite, menambahkan bahwa konservasi orangutan bukan hanya tentang menyelamatkan satu spesies, tetapi juga tentang memulihkan ekosistem, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan menciptakan harmoni antara manusia dan alam. Yayasan BOS menjalankan mandat ini melalui kerja kolaboratif dengan pemerintah, mitra konservasi, dunia usaha, dan masyarakat global.

Pelepasliaran ini adalah hasil nyata dari sinergi yang kuat, tidak hanya mengembalikan individu orangutan ke habitatnya, tetapi juga memperkuat semangat kolektif dalam menjaga keanekaragaman hayati Indonesia. Momentum ini semakin bermakna karena bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional dan menjelang HUT ke-68 Provinsi Kalimantan Tengah, merefleksikan bahwa kebangkitan bangsa tidak bisa dipisahkan dari kebangkitan ekologis, dan bahwa masa depan Indonesia sangat bergantung pada bagaimana kita merawat hutan dan semua kehidupan di dalamnya.