Harga Emas Terkoreksi Akibat Aksi Profit Taking dan Penguatan Dolar AS

Harga Emas Global Berbalik Arah Akibat Aksi Ambil Untung

Setelah mencatatkan kenaikan selama tiga hari berturut-turut, harga emas di pasar global mengalami koreksi pada perdagangan Kamis (22/5/2025). Pelemahan ini dipicu oleh aksi ambil untung (profit taking) oleh para investor setelah reli harga sebelumnya, serta penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat.

Harga emas berjangka di Comex New York Exchange tercatat turun sebesar 0,6 persen, mencapai level 3.294,90 dollar AS per ons.

"Kami melihat adanya tekanan dari aksi ambil untung setelah kenaikan baru-baru ini, dan indeks dolar AS yang lebih kuat menjadi faktor bearish lainnya," kata Jim Wycoff, analis senior di Kitco Metals. Indeks dolar AS sendiri mengalami kenaikan sebesar 0,3 persen pada perdagangan hari itu.

Penguatan dolar AS membuat harga emas menjadi relatif lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Akibatnya, minat terhadap emas sebagai aset safe haven pun berkurang.

Ketidakpastian Pasar Obligasi Meredam Penurunan Harga Emas

Meski demikian, Wycoff menambahkan bahwa penurunan harga emas diperkirakan tidak akan terlalu dalam. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian yang tengah melanda pasar obligasi. DPR AS yang dikuasai Partai Republik baru-baru ini meloloskan rancangan undang-undang (RUU) pajak, yang membuat pasar obligasi menjadi goyah.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun tercatat turun 5,4 basis poin menjadi 4,543 persen, setelah sebelumnya sempat menyentuh level tertinggi sejak bulan Februari. Situasi ini membuat investor mencari alternatif investasi yang lebih aman.

"Bayangan pasar obligasi global yang goyah akan menjadi faktor fundamental yang menguntungkan bagi pasar emas, dan akan membatasi penurunan," jelas Wycoff.

Ketika imbal hasil dari instrumen investasi lain mengalami penurunan, investor cenderung lebih tertarik untuk mengamankan dana mereka pada instrumen logam mulia seperti emas. Emas dianggap sebagai aset yang aman di tengah ketidakpastian ekonomi.

Data Ekonomi AS dan Perang Dagang AS-China

Data ekonomi AS menunjukkan peningkatan aktivitas bisnis pada bulan Mei, di tengah meredanya tensi perang dagang antara AS dan China. Namun, tarif impor yang tinggi yang diberlakukan oleh pemerintah AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump tetap membebani perusahaan dan konsumen.

"Kesepakatan perdagangan dari pemerintah AS diperkirakan akan diumumkan dalam beberapa minggu mendatang, dan ini akan memainkan peran penting dalam membentuk harga emas untuk sisa tahun ini," kata Zain Vawda, analis MarketPulse by Oanda.