Industri Pariwisata Kashmir Lumpuh Akibat Eskalasi Konflik dan Aksi Teror

Pariwisata Kashmir Terancam Mati Suri Akibat Ketegangan Politik dan Keamanan

Industri pariwisata Kashmir, yang dikenal dengan keindahan alamnya yang memukau, kini menghadapi masa-masa sulit. Serangkaian peristiwa tragis, termasuk serangan bersenjata yang menargetkan wisatawan, telah memicu ketakutan dan kekhawatiran, mengakibatkan penurunan drastis jumlah pengunjung dan kerugian ekonomi yang signifikan.

Setelah insiden penembakan yang merenggut nyawa seorang turis pada bulan April, gelombang pembatalan pemesanan melanda sektor perhotelan. Resor-resor yang biasanya ramai kini tampak sunyi, taksi-taksi terparkir tanpa penumpang, dan perahu-perahu shikara yang ikonik terombang-ambing sepi di Danau Dal. Yaseen Tuman, seorang pemilik rumah perahu di Srinagar, menggambarkan suasana yang mencekam, dengan hanya sedikit wisatawan yang terlihat.

Kepanikan meluas setelah serangan itu, dengan ribuan wisatawan bergegas meninggalkan Kashmir. Pemerintah setempat sempat menutup sejumlah resor wisata, memperburuk situasi dan membuat tingkat hunian hotel anjlok. Gambar-gambar mengerikan yang beredar di media sosial semakin memperparah ketakutan dan kemarahan. India menuduh Pakistan mendukung serangan tersebut, namun tuduhan ini dibantah oleh Islamabad.

Ketegangan antara India dan Pakistan, yang ditandai dengan saling tembak rudal dan pesawat nirawak, juga berdampak besar pada industri pariwisata Kashmir. Pembatalan pemesanan massal terjadi ketika wisatawan khawatir akan keselamatan mereka. Meskipun gencatan senjata yang dimediasi oleh AS telah disepakati pada tanggal 10 Mei, pemesanan baru практически tidak masuk.

Sheikh Bashir Ahmed, wakil presiden Asosiasi Hotel dan Restoran Kashmir, mengungkapkan bahwa sekitar 12.000 kamar hotel yang sebelumnya dipesan hingga Juni telah dibatalkan. Puluhan ribu orang yang bekerja di sektor perhotelan kehilangan pekerjaan mereka. Penurunan ini berdampak luas pada ekonomi lokal, dengan pedagang kerajinan tangan, pedagang makanan, dan operator taksi kehilangan sebagian besar pendapatan mereka.

Destinasi wisata populer seperti Gulmarg dan Pahalgam, yang dulu menjadi daya tarik utama bagi wisatawan, kini sepi. Fayaz Ahmed, seorang pemandu perahu, menceritakan bagaimana antrean panjang wisatawan yang ingin naik perahu telah menghilang. Mohammed Irfan, seorang sopir taksi, mengatakan bahwa ia hampir tidak memiliki pekerjaan selama dua minggu terakhir.

Sektor pariwisata telah menjadi bagian penting dari ekonomi Kashmir, menyumbang sekitar 7% dari PDB wilayah tersebut. Sebelum serangan baru-baru ini, pemerintah daerah berencana untuk meningkatkan kontribusi pariwisata menjadi 15% dalam empat hingga lima tahun ke depan. Namun, dengan situasi saat ini, tujuan ini tampaknya sulit dicapai.

Kashmir dulunya merupakan tujuan wisata populer hingga pemberontakan bersenjata dimulai pada tahun 1989. Konflik tersebut telah menghancurkan wilayah tersebut, yang sebagian dikuasai oleh Pakistan dan diklaim oleh kedua negara. Meskipun sektor pariwisata perlahan pulih dalam beberapa tahun terakhir, pertempuran militer sesekali antara India dan Pakistan membuat wisatawan enggan berkunjung.

Menurut data resmi, hampir 3 juta wisatawan mengunjungi Kashmir pada tahun 2024, meningkat dari 2,71 juta pada tahun 2023 dan 2,67 juta pada tahun 2022. Peningkatan jumlah wisatawan ini mendorong banyak penduduk setempat untuk berinvestasi di sektor pariwisata, mendirikan penginapan keluarga, hotel mewah, dan perusahaan transportasi.

Tuman menyatakan bahwa ia tidak optimis tentang pemulihan cepat pariwisata Kashmir, karena hampir semua pemesanan untuk musim panas telah dibatalkan. Ia memperkirakan bahwa dibutuhkan setidaknya enam bulan bagi pariwisata untuk pulih sepenuhnya. Ahmed menekankan bahwa India dan Pakistan perlu menyelesaikan perselisihan mereka untuk memulihkan kemakmuran kawasan tersebut. "Pariwisata membutuhkan perdamaian," katanya. "Jika masalah Kashmir tidak diselesaikan, mungkin setelah dua bulan hal yang sama akan terjadi lagi."

Kondisi ini menjadi perhatian serius bagi masa depan Kashmir, dengan harapan pemulihan ekonomi dan stabilitas wilayah bergantung pada terciptanya perdamaian dan keamanan yang berkelanjutan.