Alfamart Umumkan Penutupan Ratusan Gerai, Kinerja Bisnis Jadi Sorotan
Ratusan gerai Alfamart terpantau menutup operasionalnya, sebuah fenomena yang memicu pertanyaan tentang strategi bisnis dan tantangan yang dihadapi jaringan ritel modern ini. Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), Anggara Hans Prawira, mengungkapkan bahwa lebih dari 500 gerai telah ditutup hingga saat ini, terdiri dari 400 gerai di tahun 2024 dan 109 gerai di kuartal pertama tahun 2025.
Dalam konferensi pers yang diadakan di Alfamart Tower Tangerang pada Kamis, 22 Mei 2025, Anggara merinci komposisi penutupan gerai. Sebanyak 57 gerai Alfamart, 19 gerai Alfamidi, 11 gerai Lawson, dan 22 gerai Dandan telah menghentikan operasionalnya dalam tiga bulan terakhir.
Lokasi penutupan gerai terkonsentrasi di wilayah metropolitan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Faktor utama yang melatarbelakangi keputusan ini adalah tingginya biaya sewa properti di kawasan tersebut. Menurut Anggara, beberapa lokasi mengalami peningkatan biaya sewa yang tidak sebanding dengan peningkatan penjualan. Kondisi ini membuat operasional gerai menjadi tidak berkelanjutan secara finansial.
"Pertimbangan utama kami adalah ketika kinerja bisnis masih positif, namun biaya sewa tidak lagi masuk akal, maka kami terpaksa menutup gerai tersebut," jelas Anggara. Kenaikan biaya sewa yang signifikan setiap lima tahun sekali menjadi faktor krusial dalam evaluasi keberlanjutan operasional gerai. Perusahaan tampaknya mengambil langkah strategis untuk merasionalisasi jaringan gerainya, dengan fokus pada profitabilitas dan efisiensi biaya.
Keputusan penutupan ratusan gerai ini mengindikasikan bahwa persaingan di industri ritel semakin ketat. Selain itu, perubahan perilaku konsumen dan pertumbuhan e-commerce juga menjadi tantangan yang perlu diatasi oleh jaringan ritel konvensional seperti Alfamart. Langkah-langkah adaptasi dan inovasi menjadi kunci untuk mempertahankan daya saing dan relevansi di pasar.
Penutupan gerai Alfamart memunculkan beberapa pertanyaan penting terkait dengan dinamika industri ritel. Pertama, bagaimana dampak penutupan ini terhadap karyawan yang terdampak? Perusahaan perlu memastikan bahwa para karyawan mendapatkan kompensasi yang layak dan bantuan untuk mencari pekerjaan baru. Kedua, bagaimana strategi Alfamart untuk menghadapi tantangan biaya sewa properti yang terus meningkat? Perusahaan perlu menjalin negosiasi yang lebih baik dengan pemilik properti atau mencari alternatif lokasi yang lebih terjangkau. Ketiga, bagaimana Alfamart merespons perubahan perilaku konsumen dan pertumbuhan e-commerce? Perusahaan perlu berinvestasi dalam platform digital dan mengembangkan strategi omnichannel untuk menjangkau konsumen di berbagai kanal.
Penutupan gerai Alfamart menjadi sinyal bagi industri ritel untuk terus beradaptasi dan berinovasi. Perusahaan yang mampu memahami perubahan pasar dan meresponsnya dengan cepat akan memiliki peluang lebih besar untuk bertahan dan berkembang.