Optimisme Pasar Dorong Penguatan Rupiah: Harapan Penurunan Suku Bunga dan Prospek Kredit Perbankan Cerah

Nilai tukar rupiah menunjukkan tren positif, didorong oleh sentimen pasar yang optimis terhadap kebijakan moneter dalam negeri dan prospek pertumbuhan kredit perbankan yang lebih baik. Analis dari Bank Woori Saudara, Rully Nova, menyoroti bahwa ekspektasi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) dan proyeksi peningkatan penyaluran kredit menjadi faktor utama yang memperkuat mata uang Garuda.

Keputusan Bank Indonesia untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2025 menjadi katalis positif. Penurunan ini juga diikuti dengan penurunan suku bunga deposit facility menjadi 4,75 persen dan suku bunga lending facility menjadi 6,25 persen. Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa langkah ini sejalan dengan perkiraan inflasi yang terkendali dalam target 2,5 plus minus 1 persen untuk tahun 2025 dan 2026, serta upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

BI juga memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan pada tahun 2025 akan berada dalam kisaran 8 hingga 11 persen. Meskipun data hingga April 2025 menunjukkan pertumbuhan kredit sebesar 8,88 persen year on year (yoy), sedikit di bawah angka Maret 2025 sebesar 9,16 persen (yoy), minat bank untuk menyalurkan kredit tetap tinggi, terutama di sektor pertanian, listrik, gas, air, dan jasa sosial. Likuiditas perbankan secara umum masih memadai, meskipun pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) cenderung melambat.

Dari sisi permintaan, sektor industri, pengangkutan, dan jasa sosial menjadi kontributor utama pertumbuhan kredit. Sementara itu, kontribusi dari sektor konstruksi, perdagangan, dan sektor lainnya masih terbatas. Berdasarkan kelompok penggunaan, kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 4,62 persen (yoy), 15,86 persen (yoy), dan 8,97 persen (yoy). Pembiayaan syariah juga mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 8,85 persen (yoy), sementara kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) tumbuh sebesar 2,60 persen (yoy).

Gubernur BI menekankan pentingnya upaya berkelanjutan untuk meningkatkan penyaluran kredit melalui penurunan suku bunga, perluasan sumber dana perbankan, dan peningkatan permintaan dari sektor riil. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Selain faktor internal, penguatan rupiah juga dipengaruhi oleh sentimen positif dari pasar global, termasuk penurunan indeks dolar AS dan pelemahan pasar obligasi pemerintah AS. Pada penutupan perdagangan, rupiah menguat signifikan terhadap dolar AS, mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia.

Dengan berbagai faktor pendukung ini, pasar menaruh harapan besar pada stabilitas dan penguatan rupiah di masa mendatang, seiring dengan upaya pemerintah dan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.