Kerusakan Pompa Dispenser Picu Krisis BBM di Lembata, Pertamina Lakukan Penanganan

Krisis BBM di Lembata Akibat Kerusakan Fasilitas Pertamina

Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), akhir pekan lalu dilanda krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) menyusul kerusakan pada pompa dispenser di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) 56.866.04. Kerusakan tersebut mengakibatkan antrean panjang di SPBU lain dan melonjaknya harga BBM eceran hingga Rp 50.000 per botol. PT Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus telah menyampaikan permohonan maaf resmi atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan kepada masyarakat Lembata.

Area Manager Communication, Relations, dan CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Ahad Rahedi, menjelaskan bahwa kerusakan pompa dispenser untuk Pertalite dan Pertamax di SPBU 56.866.04 menjadi penyebab utama krisis BBM. Kerusakan ini memaksa SPBU tersebut untuk menghentikan sementara operasionalnya. Akibatnya, warga yang biasanya mengisi BBM di SPBU tersebut terpaksa mengantre panjang di SPBU terdekat, yang kapasitasnya terbatas dan tidak semua menjual jenis BBM yang sama.

Langkah-langkah Pertamina dalam Menangani Krisis:

  • Perbaikan Pompa Dispenser: Tim Pertamina Patra Niaga Sales Area NTT langsung berkoordinasi dengan pihak SPBU untuk mempercepat proses perbaikan pompa dispenser yang rusak. Targetnya adalah agar SPBU 56.866.04 dapat beroperasi normal kembali secepatnya.
  • Penambahan Stok BBM: Pertamina meningkatkan stok BBM di seluruh SPBU Lembata untuk mengantisipasi lonjakan permintaan dan memastikan ketersediaan BBM bagi masyarakat. Langkah ini bertujuan untuk mencegah kekurangan BBM dan menstabilkan pasokan.
  • Koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan Aparat Penegak Hukum: Pertamina berkoordinasi aktif dengan pemerintah daerah dan aparat penegak hukum untuk menjaga kondusifitas dan ketertiban di wilayah Lembata selama masa krisis BBM. Hal ini penting untuk mencegah potensi penyalahgunaan situasi dan menjaga keamanan masyarakat.
  • Informasi Publik: Pertamina mengimbau masyarakat yang membutuhkan informasi terkait produk dan layanan Pertamina untuk menghubungi call center 135.

Dampak Krisis BBM di Lembata:

Krisis BBM ini berdampak signifikan terhadap masyarakat Lembata. Ketidakmampuan mendapatkan BBM dengan mudah menyebabkan harga BBM eceran melonjak drastis. Rikardus Bala, salah satu warga Lembata, melaporkan kenaikan harga BBM eceran hingga Rp 40.000-Rp 50.000 per botol selama beberapa hari terakhir. Situasi ini tentunya memberatkan beban ekonomi masyarakat, khususnya bagi mereka yang bergantung pada kendaraan bermotor untuk kebutuhan sehari-hari.

Kondisi geografis Lembata juga diperkirakan memperparah situasi. Terbatasnya jumlah SPBU dan distribusi BBM yang tidak merata membuat masyarakat di daerah terpencil semakin kesulitan mendapatkan BBM. SPBU 56.862.01 misalnya, hanya menjual Pertamax dan tidak menjual Pertalite, sementara SPBU 56.862.03 terletak cukup jauh dari pusat Kota Lewoleba. Oleh karena itu, SPBU 56.862.04 menjadi satu-satunya pilihan bagi warga yang membutuhkan Pertalite, sehingga terjadi penumpukan antrean di SPBU tersebut.

Pertamina berkomitmen untuk menyelesaikan masalah ini secepatnya dan memastikan pasokan BBM di Lembata kembali normal. Langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan diharapkan dapat meringankan beban masyarakat dan mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang. Transparansi dan komunikasi yang efektif antara Pertamina dan masyarakat sangat penting dalam mengatasi situasi darurat seperti ini.