Netanyahu Bantah Retaknya Hubungan dengan AS, Ungkap Percakapan Telepon dengan Trump
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berupaya meredakan spekulasi mengenai potensi keretakan hubungan antara Israel dan Amerika Serikat. Penjelasan ini muncul setelah kunjungan Presiden AS, Donald Trump, ke sejumlah negara di kawasan Teluk, yang tidak menyertakan Israel dalam daftar kunjungannya.
Kunjungan Trump ke Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA), yang menghasilkan serangkaian kesepakatan bisnis signifikan, khususnya di sektor pertahanan dan teknologi, memicu berbagai interpretasi. Ketidakhadiran Israel dalam agenda kunjungan tersebut memunculkan anggapan bahwa hubungan erat antara AS dan Israel mungkin tengah mengalami ujian.
Spekulasi ini diperkuat oleh keputusan pemerintahan Trump untuk menghentikan operasi pengeboman terhadap kelompok Houthi di Yaman, meskipun kelompok tersebut masih aktif meluncurkan serangan rudal ke wilayah Israel. Selain itu, upaya Trump untuk memulai kembali perundingan nuklir dengan Iran, yang selama ini menjadi musuh utama Israel di Timur Tengah, juga menambah kompleksitas situasi.
Dalam konferensi pers yang diadakan baru-baru ini, Netanyahu secara tegas membantah semua spekulasi tersebut. Ia mengungkapkan bahwa dirinya telah melakukan percakapan langsung dengan Presiden Trump sekitar sepuluh hari sebelumnya.
"Trump mengatakan kepada saya, 'Bibi, saya ingin Anda tahu bahwa saya memiliki komitmen penuh kepada Anda dan kepada negara Israel'," kata Netanyahu, mengutip perkataan Trump.
Selain itu, Netanyahu juga menyebutkan bahwa Wakil Presiden AS, JD Vance, juga telah menghubunginya beberapa hari sebelumnya dengan pesan serupa.
"Dia mengatakan kepada saya, 'Jangan percaya berita palsu tentang hubungan kita yang memburuk'," imbuhnya.
Di tengah konflik yang terus berlanjut di Gaza, pemerintahan Trump diketahui telah mendesak Israel untuk segera mengakhiri operasi militer dan memberikan perhatian yang lebih besar pada kondisi kemanusiaan warga sipil di Jalur Gaza. Pembatasan bantuan yang diberlakukan oleh Israel selama beberapa waktu terakhir telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang serius di wilayah tersebut. Presiden Trump juga telah berulang kali menyatakan keprihatinannya atas penderitaan warga sipil Gaza. Sikap ini oleh beberapa pihak dianggap sebagai indikasi bahwa Washington mulai mengadopsi pendekatan yang lebih seimbang dalam konflik Israel-Palestina.
Netanyahu menegaskan bahwa meskipun terdapat beberapa kebijakan Trump yang mungkin tidak sepenuhnya sejalan dengan kepentingan Israel, kemitraan strategis antara kedua negara tetap kuat dan tidak tergoyahkan.
"Trump tetap menjadi sekutu penting dan berkomitmen pada keamanan Israel," tegasnya.
Fokus utama kunjungan Trump ke negara-negara Teluk adalah diplomasi regional dan perjanjian bisnis. Diskusi mengenai potensi normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel di masa depan juga menjadi bagian dari agenda tersebut.
Poin-poin penting yang disinggung Netanyahu:
- Penegasan komitmen Trump terhadap Israel.
- Penolakan terhadap berita tentang memburuknya hubungan AS-Israel.
- Tekanan AS untuk memperhatikan kemanusiaan di Gaza.
- Kemitraan strategis yang tetap kuat antara kedua negara.
- Fokus kunjungan Trump pada diplomasi regional dan bisnis.