Garuda Indonesia Beberkan Faktor-Faktor Pemicu Kenaikan Harga Tiket Pesawat
Kenaikan harga tiket pesawat menjadi sorotan utama dalam beberapa waktu terakhir. Menanggapi hal ini, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Wamildan Tsani Panjaitan, memaparkan sejumlah faktor yang menjadi penyebab utama melonjaknya harga tiket pesawat. Penjelasan tersebut disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi V DPR RI dan Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub.
Wamildan menjelaskan bahwa salah satu faktor krusial adalah perubahan signifikan dalam struktur biaya operasional maskapai sejak tahun 2019, yang menjadi acuan terakhir dalam penetapan Tarif Batas Atas (TBA). Peningkatan harga avtur menjadi salah satu komponen utama yang membebani maskapai. Selain itu, biaya pemeliharaan pesawat (maintenance) juga mengalami peningkatan yang signifikan.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sejak 2019 turut memperparah situasi. Hampir seluruh komponen biaya operasional penerbangan, seperti sewa pesawat dan pembelian suku cadang, sangat bergantung pada mata uang dolar AS. Kondisi ini menyebabkan biaya operasional maskapai semakin membengkak.
Margin keuntungan maskapai penerbangan yang tipis secara global juga menjadi tantangan tersendiri. Penurunan load factor atau tingkat keterisian penumpang, meskipun hanya beberapa persen, dapat berdampak signifikan pada profitabilitas maskapai. Hal ini disebabkan karena biaya operasional yang cenderung tetap, sementara pendapatan berkurang akibat jumlah penumpang yang menurun.
Sebagai ilustrasi, Wamildan memberikan contoh perbandingan biaya penerbangan rute Cengkareng-Denpasar (CGK-DPS) antara tahun 2019 dan saat ini. Pada tahun 2019, biaya per penerbangan mencapai Rp 194 juta. Saat ini, biaya tersebut telah meningkat menjadi Rp 269 juta, atau naik sebesar 38%. Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kenaikan biaya MRO (Maintenance, Repair, and Overhaul) sebesar Rp 31 juta, peningkatan harga bahan bakar, dan pertumbuhan upah minimum sebesar 35% sejak 2019. Selain itu, terdapat pula peningkatan biaya provider untuk pemasaran dan penjualan tiket, serta biaya bunga pinjaman.
Wamildan juga menyoroti dampak fluktuasi nilai tukar mata uang asing. Sejak tahun 2019, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah melemah sekitar 14-15%. Hal ini semakin menekan margin keuntungan maskapai, karena sebagian besar biaya operasional harus dibayar dalam mata uang asing.
Berikut adalah daftar faktor-faktor yang menyebabkan kenaikan biaya operasional:
- Kenaikan harga avtur
- Peningkatan biaya pemeliharaan pesawat (MRO)
- Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
- Pertumbuhan upah minimum
- Peningkatan biaya provider untuk pemasaran dan penjualan tiket
- Biaya bunga pinjaman
Garuda Indonesia berharap pemerintah dapat mempertimbangkan faktor-faktor ini dalam menetapkan kebijakan terkait harga tiket pesawat, sehingga maskapai dapat tetap beroperasi secara berkelanjutan dan memberikan layanan yang terjangkau bagi masyarakat.