Indonesia Berpotensi Jadi Pusat Penyimpanan Karbon Asia Pasifik, Ini Alasannya!
Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pusat penyimpanan karbon (carbon storage) utama di kawasan Asia Pasifik. Potensi besar ini didukung oleh kapasitas penyimpanan karbon yang signifikan, yang menjadikannya lokasi strategis bagi negara-negara di kawasan untuk mengurangi emisi karbon mereka.
Menurut Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Edi Wibowo, Indonesia memiliki potensi penyimpanan karbon yang sangat besar pada saline aquifer atau reservoir air, mencapai 572,77 gigaton. Selain itu, kapasitas penyimpanan pada depleted oil and gas reservoir diperkirakan mencapai 4,85 gigaton. Potensi ini menempatkan Indonesia pada posisi strategis untuk menjadi pusat regional dalam penyediaan layanan penyimpanan karbon.
Lebih lanjut, Edi Wibowo menjelaskan bahwa penyimpanan karbon akan memainkan peran krusial dalam upaya dekarbonisasi sektor pembangkit listrik, transportasi, dan industri. Langkah ini sejalan dengan peta jalan (roadmap) Indonesia dalam mengurangi emisi nasional secara signifikan. Pemerintah Indonesia tidak hanya menargetkan pengurangan emisi yang terukur, tetapi juga mencapai nett zero carbon sesuai dengan yang tertuang dalam peta jalan emisi nasional.
Untuk mencapai target tersebut, Indonesia melakukan berbagai upaya, termasuk optimalisasi pemanfaatan sumber energi terbarukan, pelaksanaan program efisiensi energi, dan transisi ke bahan bakar rendah karbon, termasuk bioenergi yang berasal dari limbah non-pangan dan implementasi bahan bakar berbasis limbah. Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) Indonesia sangat besar, mencapai lebih dari 3.680 Gigawatt. Namun, saat ini yang baru dimanfaatkan hanya sekitar 0,3%. Pemerintah membuka peluang seluas-luasnya bagi investor untuk masuk dalam pemanfaatan EBT di Indonesia. Ini merupakan peluang besar untuk investasi dan pengembangan sektor energi terbarukan. Pemerintah membuka peluang untuk pemanfaatan energi baru terbarukan skala besar dengan tetap mempertimbangkan prinsip ekonomi dan keberlanjutan.
Pernyataan ini disampaikan dalam acara Indonesian Petroleum Association (IPA) Convention dan Exhibition (Convex) 2025 di ICE BSD, Tangerang. IPA Convex 2025 merupakan ajang penting bagi industri migas yang mengusung tema "Delivering Growth with Energy Resilience in Lower Carbon Environment". Acara ini berlangsung selama tiga hari, mulai tanggal 20 hingga 22 Mei 2025.