Penjualan Bus Nasional Terkoreksi Akibat Pengetatan Anggaran Pemerintah

Industri Karoseri Bus Terimbas Kebijakan Fiskal

Industri otomotif Indonesia tengah menghadapi tantangan yang cukup signifikan. Setelah sektor kendaraan pribadi, kini giliran industri bus yang merasakan dampak pelemahan pasar. Ketua Umum Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo), Jimmy Tenacious, mengungkapkan bahwa penjualan bus mengalami penurunan hingga 30 persen.

Penurunan ini, menurut Jimmy, merupakan imbas dari kebijakan pengetatan anggaran yang diterapkan oleh pemerintah. Kebijakan ini secara langsung memengaruhi sektor transportasi dan berujung pada penurunan permintaan bus dari berbagai pihak. Askarindo, sebagai wadah bagi 186 perusahaan karoseri di Indonesia, termasuk nama-nama besar seperti Laksana, Adiputro, Tentrem, dan New Armada, merasakan betul dampak dari situasi ini.

"Memang ada efek penurunan, apalagi ada pengetatan anggaran. Memang itu ada efeknya," ujar Jimmy di sela-sela pameran Indonesia International Auto Parts, Accessories and Equipment Exhibition (INAPA) di JIExpo Kemayoran, Jakarta, pada 21 Mei 2025.

Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan bahwa pengiriman bus dari pabrik ke dealer pada periode Januari-April 2025 mencapai 1.770 unit. Angka ini lebih rendah 204 unit dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan, jika dibandingkan bulan Maret 2025, terjadi penyusutan sebesar 22 persen pada bulan April 2025. Kondisi ini tentu menjadi pukulan berat bagi para pelaku industri karoseri bus.

Harapan Industri pada Kebijakan Pemerintah

Di tengah situasi pasar yang lesu, Jimmy berharap pemerintah dapat mengambil kebijakan yang lebih berpihak pada sektor industri dalam negeri. Ia menekankan pentingnya kebijakan yang pro-ekonomi untuk mendorong pertumbuhan dan menggairahkan kembali industri otomotif.

"Mudah-mudahan kebijakan pemerintah bisa lebih pro ekonomi, untuk bisa menggeliat lagi ekonomi," harap Jimmy.

Penurunan penjualan bus ini menambah daftar tantangan yang dihadapi industri otomotif Indonesia. Sebelumnya, data penjualan mobil secara wholesales pada April 2025 juga menunjukkan penurunan sebesar 27,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Penjualan sepeda motor pun mengalami penurunan sebesar 24 persen pada periode yang sama.

Berikut rincian penurunan penjualan di sektor otomotif:

  • Penurunan Penjualan Bus: 30 persen (perkiraan Askarindo)
  • Penurunan Penjualan Mobil (Wholesales April 2025): 27,8 persen
  • Penurunan Penjualan Motor (April 2025): 24 persen

Kondisi ini mengindikasikan bahwa industri otomotif Indonesia tengah menghadapi periode yang sulit dan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama pemerintah, untuk dapat kembali pulih dan berkembang.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penurunan

Beberapa faktor lain juga disinyalir turut mempengaruhi penurunan penjualan bus. Selain pengetatan anggaran pemerintah, faktor-faktor seperti perubahan tren transportasi, persaingan dengan moda transportasi lain, dan kondisi ekonomi global juga dapat berperan. Perusahaan karoseri perlu beradaptasi dengan perubahan-perubahan ini untuk tetap dapat bersaing di pasar.

Misalnya, peningkatan popularitas transportasi online dan transportasi massal berbasis rel dapat mengurangi permintaan terhadap bus sebagai moda transportasi utama. Selain itu, fluktuasi nilai tukar rupiah dan kenaikan harga bahan baku juga dapat mempengaruhi biaya produksi bus dan berujung pada penurunan daya beli konsumen.

Strategi Adaptasi Industri Karoseri

Menghadapi tantangan ini, perusahaan karoseri perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk mempertahankan eksistensi dan meningkatkan daya saing. Beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain:

  • Inovasi Produk: Mengembangkan produk bus yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan sesuai dengan kebutuhan pasar.
  • Efisiensi Produksi: Meningkatkan efisiensi produksi untuk menekan biaya dan menawarkan harga yang lebih kompetitif.
  • Ekspansi Pasar: Mencari peluang pasar baru, baik di dalam maupun di luar negeri.
  • Kemitraan Strategis: Membangun kemitraan dengan perusahaan lain untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan kemampuan.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, diharapkan industri karoseri bus Indonesia dapat mengatasi tantangan yang ada dan kembali meraih pertumbuhan yang berkelanjutan.