Wae Rebo Kembali Tawarkan Pesona Wisata Alam Usai Penutupan Dua Bulan Akibat Bencana Longsor

Wae Rebo Kembali Dibuka Setelah Dua Bulan Penutupan Akibat Longsor

Setelah sempat ditutup selama hampir dua bulan akibat bencana longsor yang melanda kawasannya, Desa Wisata Wae Rebo di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), resmi dibuka kembali untuk wisatawan pada Senin, 10 Maret 2025. Penutupan sementara tersebut dilakukan untuk memastikan keamanan dan keselamatan pengunjung serta untuk melakukan perbaikan dan pemulihan infrastruktur yang terdampak bencana. Pembukaan kembali destinasi wisata yang terkenal dengan rumah adat Mbaru Niangnya ini disambut baik oleh berbagai pihak, terutama pengelola dan pemerintah daerah setempat.

Mikael Tonso, Ketua Lembaga Pelestari Budaya Waerebo, menyampaikan bahwa reaktivasi kawasan ekowisata ini dilakukan dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan. “Selama penutupan, kami fokus pada upaya pemulihan dan perbaikan. Reakstivasi ini menandai komitmen kami untuk terus menjaga kelestarian lingkungan, sosial, budaya, dan pariwisata Wae Rebo,” ujar Mikael dalam keterangan resminya. Konsep forest for healing dan living with nature menjadi landasan utama dalam pengelolaan desa wisata ini, dengan penekanan pada kualitas wisata (quality tourism) daripada jumlah wisatawan (mass tourism). Strategi ini bertujuan untuk memperpanjang durasi kunjungan wisatawan dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat sekitar serta alam sekitarnya. Inovasi dan peningkatan kualitas layanan juga menjadi fokus utama dalam upaya meningkatkan daya tarik Wae Rebo bagi para wisatawan.

Aloisius Jebarut, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai, menyampaikan apresiasinya kepada Pokdarwis Wae Rebo atas upaya pemulihan dan kesiapsiagaan mereka dalam menghadapi bencana. Ia juga mengajak para wisatawan untuk kembali mengunjungi Wae Rebo dan menikmati keindahan alam serta keunikan budaya yang ditawarkan. “Kami berharap pembukaan kembali Wae Rebo dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat setempat dan mendorong pertumbuhan sektor pariwisata di Manggarai,” tambah Aloisius. Lebih lanjut, ia memuji kesigapan Pokdarwis dalam memberikan informasi terkini mengenai kondisi di Wae Rebo, khususnya terkait faktor cuaca yang berpotensi membahayakan keselamatan wisatawan. Hal ini menunjukkan komitmen Pokdarwis dalam memprioritaskan keselamatan dan kenyamanan pengunjung.

Pemerintah daerah berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan Desa Wisata Wae Rebo sebagai destinasi wisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dengan menerapkan prinsip quality tourism dan living with nature, diharapkan Wae Rebo dapat menjadi contoh bagi desa wisata lainnya dalam pengelolaan destinasi wisata yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Ke depan, Wae Rebo tidak hanya menawarkan keindahan alamnya, tetapi juga pengalaman wisata yang bermakna dan berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemulihan Wae Rebo setelah bencana longsor meliputi:

  • Perbaikan infrastruktur yang rusak akibat longsor.
  • Pembersihan material longsor dan puing-puing bangunan.
  • Peningkatan sistem peringatan dini bencana.
  • Sosialisasi kepada masyarakat dan wisatawan tentang pentingnya keselamatan dan kesiapsiagaan bencana.
  • Pengembangan program wisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan Wae Rebo dapat kembali menjadi destinasi wisata yang aman, nyaman, dan menarik bagi wisatawan dari berbagai penjuru dunia.