Di Usia Senja, Riskana Bergulat dengan Upah Minim Sebagai Kurir Paket
Di tengah hiruk pikuk ibukota Jakarta, Riskana, seorang wanita berusia 42 tahun, berjuang untuk bertahan hidup dengan menjadi seorang kurir paket. Di usia yang tak lagi muda, Riskana menghadapi tantangan berat dalam mencari pekerjaan yang lebih layak.
Riskana, warga Manggarai, Jakarta Selatan, mengungkapkan bahwa ia hanya dibayar Rp 1.800 untuk setiap paket yang berhasil diantarkannya. Penghasilan yang tidak menentu ini menjadi sumber utama kehidupannya. "Satu paket itu hitungannya Rp 1.800. Tapi untuk yang tiga kilo ke atas, tarifnya Rp 5.500, cuma bayarnya per bulan dikalkulasi," ujarnya.
Jika dalam sebulan Riskana berhasil mengantarkan 2.000 paket, maka ia akan mendapatkan penghasilan sekitar Rp 3.600.000. Namun, jumlah ini sangat fluktuatif dan bergantung pada volume pesanan di wilayah tempat ia bertugas. "Kemarin mengantar 2.500 paket menerima Rp 5.025.000. Karena itu kan ada paket yang beratnya tiga kilo ke atas juga," jelasnya. Dari sini kita bisa melihat tidak semua paket yang dikirim bernilai sama, dan ada perhitungan tersendiri berdasarkan berat paket.
Selain gaji pokok, Riskana juga berkesempatan untuk mendapatkan bonus tambahan pada hari libur nasional atau hari besar. "Kaya tanggal merah atau hari besar ada insentif Rp 200.000, tapi harus mengantar 50 paket. Kalau enggak 50 paket, gugur," tuturnya. Persyaratan ini menambah beban bagi Riskana, karena ia harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan bonus tersebut. Bonus ini akan hangus apabila dia tidak berhasil mengantarkan 50 paket.
Penghasilan Riskana sangat dipengaruhi oleh jumlah paket yang berhasil diantarkannya. Semakin banyak paket, semakin besar pula penghasilannya. Sebaliknya, jika jumlah pesanan menurun, maka pendapatannya pun akan berkurang secara signifikan. Hal ini membuat Riskana harus bekerja ekstra keras, terutama saat pesanan sedang banyak.
Selain itu, gaji yang diterima Riskana juga seringkali dipotong untuk membayar deposit. Setiap kurir baru diwajibkan membayar deposit sebesar Rp 3 juta sebagai jaminan jika terjadi pelanggaran, seperti membawa kabur paket atau uang cash on delivery (COD). "Misalnya bulan ini menerima Rp 2 juta, dipotong depositnya Rp 200.000, kalau Rp 5 juta dipotong Rp 500.000, jadi 10 persen dipotongnya," jelas Riskana.
Setelah deposit mencapai Rp 3 juta, pemotongan gaji akan dihentikan. Uang deposit tersebut akan disimpan oleh perusahaan ekspedisi selama Riskana masih bekerja. Jika Riskana memutuskan untuk berhenti, uang deposit akan dikembalikan. "Dibalikin kalau resign uangnya, tiga bulan setelah resign baru cair itu deposit," tambahnya.
Kisah Riskana adalah cerminan dari perjuangan banyak pekerja di sektor informal yang harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Upah yang minim, potongan deposit, dan ketidakpastian pesanan menjadi tantangan yang harus dihadapi setiap hari. Meskipun demikian, Riskana tetap bersemangat dan terus bekerja keras untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya.