Waspada Stroke: Empat Kebiasaan Harian yang Meningkatkan Risiko

Kabar duka menyelimuti keluarga Najwa Shihab, dengan wafatnya sang suami, Ibrahim Sjarief Assegaf, di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON) Jakarta Timur pada Selasa, 20 Mei 2025. Konfirmasi mengenai penyebab meninggalnya Ibrahim disampaikan oleh tokoh Nahdlatul Ulama, Ulil Abshar Abdalla, yang menyebutkan bahwa almarhum mengalami stroke.

Stroke, sebuah kondisi medis yang terjadi secara tiba-tiba, sebetulnya dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat. Ironisnya, beberapa kebiasaan sehari-hari yang seringkali diabaikan justru dapat meningkatkan risiko terkena stroke. Berikut adalah beberapa kebiasaan yang perlu diwaspadai:

  • Merokok: Kebiasaan merokok telah lama diketahui sebagai faktor risiko utama berbagai penyakit serius, termasuk stroke. Selain merusak jantung dan sistem pernapasan, merokok secara signifikan meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke.
  • Kurang Aktivitas Fisik: Gaya hidup sedenter atau kurangnya aktivitas fisik berkontribusi pada peningkatan risiko obesitas. Obesitas sendiri merupakan pemicu berbagai penyakit kronis, termasuk stroke. Olahraga teratur, diiringi dengan pola makan sehat dan menghindari kebiasaan buruk, dapat menjadi perisai efektif melawan stroke dan komplikasinya.
  • Konsumsi Alkohol Berlebihan: Alkohol seringkali menjadi pelarian bagi mereka yang mengalami stres. Namun, konsumsi alkohol berlebihan justru berdampak negatif bagi kesehatan, termasuk meningkatkan risiko stroke. Para ahli dari John Hopkins Medicine merekomendasikan batasan konsumsi alkohol, yaitu kurang dari enam unit untuk wanita dan kurang dari delapan unit untuk pria dalam sekali minum.
  • Faktor Risiko Lainnya: Selain ketiga kebiasaan di atas, terdapat faktor risiko lain yang perlu diperhatikan. Kondisi medis seperti hipertensi (tekanan darah tinggi), kolesterol tinggi, diabetes, dan Fibrilasi Atrium (AF) merupakan faktor risiko stroke yang dapat dikontrol melalui penanganan medis dan perubahan gaya hidup. Sementara itu, faktor-faktor seperti riwayat keluarga, usia, dan jenis kelamin merupakan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi.