Unjuk Rasa Pengemudi Ojek Online di Jakarta Picu Potensi Kerugian Ekonomi Hingga Ratusan Miliar Rupiah
Gelombang unjuk rasa yang dilakukan oleh pengemudi ojek online (ojol) pada tanggal 20 Mei 2025 di Jakarta, diperkirakan berdampak signifikan terhadap aktivitas ekonomi. Ketua Komisi V DPR RI, Lasarus, menyampaikan bahwa berdasarkan laporan dari Institute for Demographic and Affluence Studies (IDEAS), potensi kerugian akibat aksi tersebut mencapai angka yang cukup fantastis, yaitu sekitar Rp 188 miliar.
"Aksi besar kemarin pada tanggal 20 Mei 2025 menurut prediksi peneliti Institute for Demographic and Affluence Studies atau IDEAS tidak disertai aksi offbid massal para mitra ojol hari itu. Maka potensi nilai transaksi yang terdampak mencapai sekitar Rp 187,95 miliar dari total gross transaction value atau GTV sepanjang 2024 yang diperkirakan mencapai 135 triliun," ujar Lasarus saat RDPU.
Angka ini mencerminkan betapa vitalnya peran pengemudi ojol dalam menunjang perekonomian, khususnya di wilayah metropolitan seperti Jakarta. Unjuk rasa yang terpusat di tiga lokasi strategis, yakni Istana Merdeka, Gedung Kementerian Perhubungan, dan Gedung DPR/MPR RI, menjadi simbol aspirasi para pengemudi terkait berbagai isu yang mereka hadapi.
Aksi yang bertajuk "Aksi Akbar 205" ini diorganisir oleh Asosiasi Pengemudi Ojek Online Gabungan Aksi Roda Dua (GARDA) Indonesia, menarik perhatian ribuan pengemudi roda dua dan roda empat dari berbagai daerah di Indonesia. Ketua Umum GARDA Indonesia, Raden Igun Wicaksono, sebelumnya telah menyampaikan bahwa aksi ini bertujuan untuk menyampaikan aspirasi para pengemudi kepada pemerintah dan perusahaan aplikasi terkait kesejahteraan, tarif, dan regulasi yang adil.
Unjuk rasa ini merupakan puncak dari kekecewaan para pengemudi ojol terhadap berbagai permasalahan yang mereka alami. Mereka menuntut adanya perbaikan sistem tarif yang dianggap tidak menguntungkan, transparansi dalam pengelolaan aplikasi, serta perlindungan hukum yang lebih baik bagi para pengemudi. Dampak ekonomi dari aksi ini menjadi pengingat akan pentingnya memperhatikan kesejahteraan para pekerja sektor informal, khususnya mereka yang terlibat dalam industri transportasi daring. Pemerintah dan perusahaan aplikasi diharapkan dapat merespons aspirasi para pengemudi ojol dengan serius dan mencari solusi yang konstruktif untuk menciptakan ekosistem yang lebih adil dan berkelanjutan.