Menelusuri Jejak Sejarah dan Kuliner di Cikini: Sebuah Perjalanan Singkat di Jantung Jakarta
Cikini, sebuah kawasan yang terletak di jantung Jakarta Pusat, menawarkan pengalaman wisata yang unik dan kaya akan sejarah serta kuliner. Lebih dari sekadar tempat, Cikini adalah jendela yang membuka tabir masa lalu Jakarta, di mana bangunan-bangunan bersejarah berdiri berdampingan dengan kedai-kedai kuliner legendaris yang telah menjadi saksi bisu perkembangan kota.
Perjalanan dimulai dari Masjid Jami Al-Makmur Cikini, sebuah bangunan keagamaan yang memiliki kaitan erat dengan maestro seni lukis Indonesia, Raden Saleh. Dahulunya, area masjid ini merupakan bagian dari kediaman sang pelukis ternama. Surau bambu yang sederhana, cikal bakal masjid ini, menjadi saksi bisu kegiatan keagamaan di masa lalu. Kini, Masjid Al-Makmur berdiri megah dengan menara setinggi 10 meter, menjadi cagar budaya yang dilestarikan. Kompleks masjid ini terbagi menjadi dua bagian, area ibadah dan bangunan sekolah yang dikelola oleh Yayasan Masjid Al Ma'mur Cikini.
Tak jauh dari masjid, sekitar 450 meter, terletak makam Habib Cikini, seorang tokoh agama yang dihormati. Makam ini berada di dalam kompleks masjid dan menjadi tujuan ziarah bagi umat Muslim. Uniknya, lokasi makam ini berada di samping sebuah apartemen modern. Konon, upaya pemindahan makam ini pernah dilakukan, namun gagal dan justru memunculkan mata air yang hingga kini terus mengalir. Air dari mata air ini dipercaya memiliki berkah dan seringkali dibawa pulang oleh para peziarah.
Bagi para pecinta kuliner, Cikini menawarkan pengalaman yang tak terlupakan. Salah satu ikon kuliner Cikini adalah roti Tan Ek Tjoan, roti legendaris yang dijajakan menggunakan gerobak berwarna kuning cerah. Roti ini telah ada sejak tahun 1920-an dan menjadi favorit banyak orang, termasuk Wakil Presiden pertama Republik Indonesia, Mohammad Hatta. Salah satu varian yang populer adalah roti gambang, roti padat dengan rasa manis yang khas. Selain roti Tan Ek Tjoan, Cikini juga memiliki Taman Ismail Marzuki (TIM), sebuah pusat kesenian yang dulunya merupakan Kebun Binatang Cikini. TIM menjadi ruang publik yang dinamis, tempat berkumpulnya anak muda untuk berkreasi, berlatih seni, atau sekadar bersantai. Di dalam TIM, terdapat Perpustakaan Jakarta yang menyediakan fasilitas membaca, ruang pertemuan, dan akses internet gratis.
Perjalanan kuliner di Cikini belum lengkap tanpa mencicipi es krim Tjanang, es krim legendaris yang telah ada sejak tahun 1951. Es krim ini dikenal sebagai favorit keluarga Presiden Soekarno. Meskipun tidak memiliki kedai khusus, es krim Tjanang dapat dinikmati di lobi Cikini Hotel, dalam ruangan ber-AC yang nyaman. Setelah menikmati es krim, sempatkan diri untuk "bertamu" ke rumah Raden Saleh. Bangunan bergaya neo-gotik ini terletak di belakang Rumah Sakit Primaya Hospital PGI Cikini. Dahulu, bangunan ini merupakan kediaman Raden Saleh hingga tahun 1869. Sayangnya, saat ini bangunan tersebut tidak dapat dimasuki karena kondisinya yang sudah lapuk. Meskipun demikian, keindahan arsitektur bangunan ini tetap dapat dinikmati dari luar.
Cikini adalah destinasi wisata yang ideal bagi mereka yang ingin merasakan denyut nadi sejarah dan budaya Jakarta. Dengan berjalan kaki, pengunjung dapat menjelajahi bangunan-bangunan bersejarah, mencicipi kuliner legendaris, dan merasakan atmosfer kota yang unik. Cikini menawarkan pengalaman wisata yang berbeda, sebuah perjalanan singkat yang akan meninggalkan kesan mendalam.