Kemarau Basah Mengintai: Ancaman Aquaplaning bagi Pengendara
Hujan yang tak kunjung reda di tengah musim kemarau menjadi tantangan tersendiri bagi para pengendara. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengidentifikasi fenomena kemarau basah yang diperkirakan akan berlangsung hingga Agustus 2025. Kondisi ini menuntut kewaspadaan ekstra, terutama terkait risiko aquaplaning.
Aquaplaning adalah kondisi berbahaya di mana lapisan air memisahkan ban kendaraan dari permukaan jalan, mengakibatkan hilangnya traksi dan kendali. Zulpata Zainal, On Vehicle Test Manager PT Gajah Tunggal Tbk., menekankan pentingnya memahami dan mengantisipasi bahaya ini. "Aquaplaning membuat roda kendaraan kehilangan kontak langsung dengan aspal, menyebabkan hilangnya kendali dan meningkatkan risiko kecelakaan, terutama saat melaju dengan kecepatan tinggi," ujarnya.
Untuk meminimalkan risiko aquaplaning, ada beberapa langkah penting yang perlu diperhatikan:
- Periksa Kondisi Ban: Pastikan kedalaman alur ban (tread) masih di atas Tread Wear Indicator (TWI). Alur ban yang baik membantu memecah air dan mempertahankan kontak dengan jalan.
- Jaga Tekanan Ban: Sesuaikan tekanan udara ban dengan rekomendasi pabrikan kendaraan dan perhatikan beban muatan. Tekanan ban yang kurang dapat meningkatkan risiko aquaplaning.
- Kurangi Kecepatan: Mengurangi kecepatan saat melintasi genangan air adalah langkah paling aman. Semakin tinggi kecepatan, semakin besar potensi terjadinya aquaplaning.
Aquaplaning dapat terjadi karena beberapa faktor kunci. Pertama, kedalaman air di permukaan jalan memainkan peran penting. Semakin dalam genangan air, semakin besar kemungkinan terjadinya aquaplaning. Kedua, kecepatan kendaraan adalah faktor penentu. Semakin tinggi kecepatan, semakin sulit bagi ban untuk membuang air dengan efektif. Ketiga, kondisi ban sangat berpengaruh. Ban dengan alur yang aus atau tekanan udara yang tidak tepat akan lebih rentan terhadap aquaplaning.
Ketika aquaplaning terjadi, pengemudi mungkin merasa setir menjadi ringan dan kehilangan respons. Kendaraan mungkin mulai melayang dan sulit dikendalikan. Dalam situasi seperti ini, penting untuk tidak panik. Hindari pengereman mendadak atau gerakan setir yang tiba-tiba. Lepaskan pedal gas secara perlahan dan biarkan kendaraan melambat secara alami. Pegang kemudi dengan erat dan arahkan kendaraan secara stabil sampai ban kembali mendapatkan traksi.
Selain faktor-faktor teknis, perilaku pengemudi juga berperan penting dalam mencegah aquaplaning. Menjaga jarak aman dengan kendaraan di depan memberikan waktu reaksi yang lebih baik jika terjadi situasi darurat. Mengemudi dengan tenang dan fokus, terutama saat kondisi jalan basah, membantu pengemudi untuk mengantisipasi potensi bahaya dan merespons dengan tepat.
Dengan memahami risiko aquaplaning dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat, pengemudi dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan dan menjaga keselamatan di jalan raya, terutama selama musim kemarau basah ini.