Indonesia Dorong Agenda Pembangunan Berkelanjutan yang Adil di Asia Tenggara

Indonesia aktif mendorong pembentukan agenda pembangunan berkelanjutan yang berkeadilan di kawasan Asia Tenggara. Hal ini ditegaskan oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko AHY) dalam forum Southeast Asia Summit for Prosperity and Sustainability yang berlangsung di Universitas Stanford.

Dalam pidatonya, Menko AHY menyampaikan tiga poin utama yang krusial bagi masa depan Asia Tenggara. Pertama, integrasi keberlanjutan dengan kemakmuran. Kedua, penghubungan inovasi global dengan aksi-aksi di tingkat lokal. Ketiga, penguatan kerja sama regional, dengan ASEAN sebagai poros utamanya.

"Kita harus bersatu dalam tujuan dan bertindak tegas untuk membangun Asia Tenggara yang tangguh dan adil," seru Menko AHY, yang disambut antusias oleh para peserta forum yang terdiri dari akademisi, pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, dan perwakilan organisasi pembangunan internasional.

Menko AHY menekankan bahwa Asia Tenggara kini bukan lagi sekadar wilayah yang beradaptasi dengan perubahan global, melainkan telah menjadi kekuatan pendorong perubahan itu sendiri. Dengan pertumbuhan ekonomi yang melampaui rata-rata dunia dan kelas menengah yang terus berkembang, Asia Tenggara memiliki potensi besar untuk memimpin transformasi global menuju arah yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Langkah Konkret Indonesia

Menko AHY menjelaskan langkah-langkah nyata yang tengah diimplementasikan di Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Upaya-upaya tersebut meliputi penguatan ketahanan pangan dan air, percepatan pengembangan energi terbarukan seperti panas bumi dan pengolahan sampah menjadi energi (waste-to-energy), serta pembangunan infrastruktur yang tangguh terhadap perubahan iklim dan tekanan urbanisasi.

"Transisi hijau harus meningkatkan kualitas hidup, bukan sekadar memenuhi target teknokratis. Solusi yang ditawarkan harus pragmatis, adil, dan relevan dengan kebutuhan nyata masyarakat," tegasnya.

Menko AHY juga menekankan pentingnya menjembatani kesenjangan antara teknologi global dan kebutuhan lokal.

"Kita memerlukan inovasi yang cepat, tetapi juga distribusi yang merata. Teknologi harus dirancang bersama komunitas, bukan hanya diimpor dari luar," lanjutnya.

Dalam konteks kerja sama regional, Menko AHY mendorong transformasi ASEAN dari sekadar forum konsensus menjadi platform yang aktif memecahkan masalah. Ia mengajak Amerika Serikat, sebagai mitra strategis yang telah lama menjalin kerja sama, untuk meningkatkan keterlibatannya dalam proyek-proyek infrastruktur berkelanjutan di kawasan ini.

Menko AHY juga memberikan apresiasi kepada Universitas Stanford sebagai pusat inovasi global yang memiliki peran penting dalam menjembatani riset dan kebijakan, serta memperkuat kolaborasi antara Asia Tenggara dan dunia.

Forum tersebut juga dihadiri oleh tokoh-tokoh penting lainnya, termasuk Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Ketua MPR Edhie Baskoro Yudhoyono, Peneliti Tamu di Precourt Institute Gita Wirjawan, Direktur Hoover Institution dan mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Dr. Condoleezza Rice, dan Dekan Stanford Doerr School of Sustainability Dr. Arun.