Ricuh di Kelas: Perkelahian Pelajar SMP di Samarinda Dipicu Ejekan Ekonomi

Perkelahian Pelajar SMPN 16 Samarinda Dipicu Masalah Iuran dan Ejekan

Samarinda, Kalimantan Timur – Sebuah insiden perkelahian yang melibatkan sejumlah siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 16 Samarinda, Kalimantan Timur, menghebohkan dunia maya setelah video amatir yang merekam kejadian tersebut beredar luas di media sosial. Peristiwa ini terjadi di lingkungan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 027, yang saat ini digunakan sebagai lokasi sementara untuk kegiatan belajar mengajar SMPN 16 Samarinda akibat pembangunan gedung sekolah yang belum rampung.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, perkelahian tersebut melibatkan lima orang siswa yang merupakan teman sekelas. Insiden bermula dari kesalahpahaman yang terjadi dalam percakapan di grup WhatsApp (WA) siswa. Permasalahan ini bermula dari iuran sebesar lima ribu rupiah yang dipungut oleh dua siswa untuk keperluan latihan tari dalam kegiatan sekolah Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Kelas tersebut sepakat untuk berlatih di studio, berbeda dengan saran guru yang menyarankan latihan di sekolah.

Dua siswa yang merupakan saudara kembar menolak membayar iuran tersebut, yang kemudian menjadi bahan ejekan teman-temannya. Ejekan bernada ekonomi tersebut memicu emosi dan berujung pada perkelahian fisik. Insiden terjadi pada Selasa (20/5/2025) sore, setelah jam pelajaran sekolah usai, ketika para guru sudah tidak berada di lokasi. Para siswa yang terlibat, diduga telah merencanakan pertemuan setelah jam sekolah untuk menyelesaikan perselisihan mereka.

Video singkat yang merekam perkelahian tersebut menunjukkan beberapa siswa saling memukul dan menyerang secara fisik di dalam ruang kelas, sementara siswa lain hanya menonton dan merekam menggunakan ponsel mereka. Pihak sekolah telah mengambil langkah cepat dengan memanggil orang tua siswa yang terlibat dan mengundang aparat kepolisian untuk melakukan mediasi. Proses mediasi berlangsung dengan kondusif dan menghasilkan kesepakatan damai antara kedua belah pihak.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Nurul Aini, menjelaskan bahwa insiden ini bukan merupakan tindakan perundungan (bullying), melainkan murni kesalahpahaman antar siswa. Ia juga menambahkan bahwa tidak ada luka serius yang dialami oleh siswa yang terlibat perkelahian, hanya memar ringan. Para siswa yang terlibat telah saling meminta maaf dan membuat surat pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatan serupa.

Pihak kepolisian akan mengambil alih penanganan kasus ini jika kejadian serupa terulang kembali. Orang tua siswa yang terlibat sepakat untuk tidak memperpanjang masalah ini demi menjaga masa depan anak-anak mereka. Pihak sekolah sangat menyayangkan kejadian ini dan berjanji akan meningkatkan pengawasan terhadap siswa serta memperkuat komunikasi antara siswa, guru, dan orang tua untuk mencegah kejadian serupa terulang di masa depan.

Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi seluruh pihak terkait pentingnya menjaga komunikasi yang baik, saling menghormati, dan menghindari tindakan yang dapat memicu konflik. Pihak sekolah juga akan lebih meningkatkan pengawasan dan bimbingan terhadap siswa agar dapat menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih baik dan menghindari kekerasan.

Karena gedung SMPN 16 sedang dalam proses pembangunan, kegiatan belajar mengajar sementara dilaksanakan di SDN 027. Perkelahian terjadi di luar jam pelajaran ketika tidak ada guru yang berada di lokasi. Petugas keamanan yang bertugas mengawasi siswa pulang sekolah juga tidak menyaksikan kejadian tersebut karena para siswa kembali ke sekolah setelah jam pulang.