Penguatan Sektor Finansial Nasional Jadi Kunci Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

Peningkatan dan pengembangan sektor keuangan menjadi fondasi krusial bagi Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang berkelanjutan. Kesimpulan ini mengemuka dari riset yang diluncurkan oleh Indonesian Business Council (IBC), yang menyoroti pentingnya reformasi struktural dalam sistem keuangan. Penelitian ini menggarisbawahi perlunya memperdalam pasar keuangan, memperluas aksesibilitas terhadap berbagai produk keuangan, dan meningkatkan efisiensi operasional guna menekan tingkat suku bunga.

Menurut Sofyan Djalil, Chief Executive Officer IBC, arsitektur keuangan Indonesia saat ini masih menghadapi sejumlah tantangan mendasar. Likuiditas yang terbatas, biaya pendanaan yang relatif tinggi, koordinasi antar lembaga yang belum optimal, serta minimnya instrumen keuangan jangka panjang menjadi penghambat utama. Untuk mengatasi permasalahan ini, IBC merekomendasikan penguatan peran Kementerian Keuangan dalam pengembangan sektor keuangan. Kementerian Keuangan diharapkan dapat memimpin koordinasi lintas sektoral yang melibatkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Bank Indonesia (BI).

Kolaborasi yang terintegrasi antar lembaga ini, menurut IBC, harus diwujudkan melalui penyusunan peta jalan strategis yang komprehensif. Peta jalan ini akan menjadi panduan dalam merumuskan langkah-langkah konkret untuk memperkuat sektor keuangan secara terarah dan efektif. Sofyan Djalil menekankan bahwa sektor keuangan yang ideal adalah sektor yang memiliki kedalaman pasar yang baik, dengan tingkat likuiditas yang tinggi dan aksesibilitas yang luas bagi seluruh lapisan masyarakat. Sistem keuangan yang efisien akan memicu persaingan yang sehat dalam penyediaan layanan keuangan, yang pada akhirnya akan mendorong penurunan suku bunga.

Adi Budiarso, Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan Kementerian Keuangan, menambahkan bahwa selain masalah kedalaman dan efisiensi, sektor keuangan Indonesia juga belum mampu menjangkau masyarakat yang belum memiliki akses ke layanan perbankan. Kesenjangan antara tabungan dan investasi (saving-investment gap) di Indonesia cenderung melebar sejak tahun 2000. Padahal, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen, Indonesia membutuhkan dukungan pendanaan yang signifikan.

Keterbatasan pembiayaan domestik ini berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan ketergantungan pada sumber pembiayaan dari luar negeri. Untuk mengatasi masalah ini, Adi Budiarso mengusulkan peningkatan tabungan masyarakat, pengembangan industri asuransi, dan pengelolaan dana pensiun yang lebih optimal. Tingkat tabungan masyarakat Indonesia yang masih rendah menjadi tantangan utama. Peningkatan tabungan, bersama dengan pengembangan asuransi dan dana pensiun, dapat dikapitalisasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Adi Budiarso juga menekankan pentingnya membangun kepercayaan dan stabilitas di pasar modal untuk mendukung upaya pendalaman sektor keuangan.

Strategi pendalaman sektor keuangan:

  • Meningkatkan jumlah tabungan masyarakat.
  • Mengembangkan industri asuransi dan dana pensiun.
  • Memperkuat kepercayaan dan stabilitas di pasar modal.
  • Memperluas akses layanan keuangan ke seluruh lapisan masyarakat.
  • Meningkatkan koordinasi antar lembaga keuangan.

Dengan implementasi strategi yang tepat, Indonesia dapat membangun sektor keuangan yang kuat, efisien, dan inklusif, yang akan menjadi fondasi bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.