Kebijakan Suku Bunga BI: Analisis dan Prediksi Pengumuman RDG Mei 2025

Bank Indonesia (BI) dijadwalkan mengumumkan keputusan terkait suku bunga acuan, yang dikenal sebagai BI rate, hari ini. Keputusan ini merupakan hasil dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI periode Mei 2025 dan sangat dinantikan oleh berbagai pihak, mulai dari pemangku kebijakan, pelaku usaha, hingga ekonom.

Saat ini, BI rate berada pada level 5,75 persen. Penurunan terakhir terjadi pada Januari 2025, di mana BI menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) dari 6 persen menjadi 5,75 persen. Kondisi perekonomian terkini dan sentimen pasar akan menjadi pertimbangan utama bagi bank sentral dalam menentukan apakah akan mempertahankan atau menurunkan suku bunga acuannya.

Prediksi dan Analisis Ekonomi

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memprediksi bahwa BI akan menurunkan suku bunga pada bulan ini. Prediksi ini didasarkan pada kondisi perekonomian domestik yang dianggap stabil. Inflasi tahunan pada April 2025 tercatat sebesar 1,95 persen, masih berada dalam kisaran target BI, yaitu 1,5 hingga 3,5 persen. Menurutnya, hal ini memberikan ruang bagi kebijakan moneter yang lebih akomodatif.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang melambat pada kuartal I 2025 menjadi 4,87 persen juga menjadi pertimbangan. Suku bunga yang lebih rendah diharapkan dapat mendorong aktivitas ekonomi. Pardede memperkirakan BI akan menurunkan BI rate sebesar 25 bps menjadi 5,50 persen.

Dari sisi eksternal, sentimen global menunjukkan tren positif, termasuk potensi pelonggaran ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Selain itu, The Fed diperkirakan akan mulai memangkas suku bunga acuannya karena data inflasi AS menunjukkan penurunan. Pardede melihat adanya potensi penurunan BI rate sebesar 25 bps lagi pada sisa tahun 2025, yang dapat menurunkan suku bunga BI menjadi 5,25 persen.

Pertimbangan untuk Mempertahankan Suku Bunga

Berbeda dengan Pardede, Ekonom LPEM FEB UI, Teuku Riefky, memperkirakan BI rate akan tetap dipertahankan pada level 5,75 persen. Menurutnya, penyesuaian suku bunga kebijakan harus dilakukan secara hati-hati dan sejalan dengan sinyal-sinyal yang lebih jelas dari kondisi moneter global, terutama kebijakan The Fed. Ia menekankan pentingnya BI untuk tetap waspada dan menggunakan perangkat stabilisasi yang diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi.

Riefky mengakui bahwa beberapa indikator ekonomi internal menunjukkan ruang untuk penurunan suku bunga. Inflasi terkendali, nilai tukar rupiah menguat, namun cadangan devisa mengalami penurunan. Ia berpendapat bahwa stabilitas ini belum tentu berkelanjutan, dan risiko eksternal masih menjadi perhatian utama. Oleh karena itu, BI perlu mempertahankan BI Rate di 5,75 persen dan tetap berhati-hati sampai kondisi global menjadi lebih stabil dan dapat diprediksi.

Keputusan BI mengenai suku bunga acuan akan memiliki dampak signifikan terhadap berbagai sektor ekonomi. Para pelaku pasar dan masyarakat umum akan mencermati pengumuman ini untuk menyesuaikan strategi dan rencana keuangan mereka.