Harimau Sumatera Terjerat di Tebo, Infeksi Parah Ancam Amputasi

Harimau Sumatera Terancam Amputasi Usai Terjerat Perangkap Babi di Tebo

Seekor harimau Sumatera jantan berusia sekitar 5-6 tahun mengalami nasib malang setelah terperangkap jerat yang dipasang pemburu babi di kawasan hutan tanaman rakyat (HTR) Bungo Pandan, Desa Suo-suo, Kecamatan Sumai, Kabupaten Tebo, Jambi. Peristiwa ini terjadi beberapa hari sebelum tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi melakukan evakuasi.

Akibat jeratan tersebut, kaki kiri bagian depan harimau mengalami luka parah hingga menembus tulang. Terhentinya aliran darah menyebabkan jari-jari kaki harimau tersebut putus. Upaya evakuasi oleh tim BKSDA Jambi berlangsung dramatis karena harimau tersebut berontak dengan kuat hingga merusak sebagian jerat. Lokasi kejadian berada di kawasan hutan yang telah dialihfungsikan menjadi perhutanan sosial.

Kepala BKSDA Jambi, Agung Nugroho, menjelaskan bahwa proses penyelamatan harimau melibatkan penggunaan alat berat untuk membuka akses ke semak-semak tempat harimau tersangkut. Setelah berhasil dievakuasi, dokter hewan segera melakukan pemeriksaan intensif. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa luka pada kaki harimau telah mengalami infeksi yang parah dan menyebabkan demam tinggi.

Setelah pemeriksaan awal, harimau tersebut langsung dibawa ke tempat penyelamatan satwa (TPS) BKSDA Jambi. Tim dokter dan petugas medis BKSDA Jambi kini tengah berupaya keras untuk mengatasi infeksi dan mencegah kondisi harimau semakin memburuk. Perawatan intensif meliputi pembersihan jaringan kulit mati dan pemberian antibiotik untuk melawan infeksi.

"Kami berupaya semaksimal mungkin agar harimau ini dapat bertahan hidup dan keluar dari kondisi kritisnya. Meskipun demikian, kemungkinan untuk pulih sepenuhnya sangat kecil," ujar Agung Nugroho.

Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah amputasi pada kaki yang terluka parah. Namun, tim dokter berusaha untuk menghindari tindakan tersebut karena akan berdampak signifikan terhadap kemampuan harimau untuk bertahan hidup di alam liar, terutama mengingat statusnya sebagai harimau jantan yang memiliki wilayah teritorial.

"Meskipun ada kasus harimau yang mampu bertahan hidup di alam liar meski kehilangan kakinya, namun biasanya terjadi pada harimau betina. Tentu ada perbedaan kemampuan bertahan hidup antara harimau jantan dan betina dengan kondisi cacat," imbuhnya.

Mengingat luka yang sudah terinfeksi parah, proses penyembuhan harimau ini akan membutuhkan waktu yang sangat panjang. Pihak BKSDA Jambi saat ini juga tengah melakukan identifikasi untuk mengetahui asal-usul harimau tersebut, apakah berasal dari Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) atau kawasan lainnya.

"Lokasi penemuan harimau ini memang dekat dengan TNBT, namun kami belum bisa memastikan apakah harimau tersebut berasal dari sana," jelasnya.

Proses penyelamatan harimau ini bermula dari laporan warga yang menemukan harimau terjerat perangkap. Warga kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian, yang selanjutnya berkoordinasi dengan BKSDA Jambi. Setelah menerima laporan, tim lapangan BKSDA Jambi segera diterjunkan ke lokasi pada hari Selasa (13/5/2025) untuk melakukan evakuasi.

Agung menambahkan, "Kami membawa harimau tersebut ke Jambi pada hari yang sama. Kami tiba di TPS pada malam hari karena jaraknya yang cukup jauh."

Populasi Harimau Sumatera Terus Menurun

Populasi harimau Sumatera di alam liar terus mengalami penurunan akibat berbagai faktor, termasuk penyempitan habitat dan konflik dengan manusia. Meskipun status harimau telah ditetapkan sebagai satwa dilindungi karena terancam punah, kasus kematian harimau masih terus terjadi.

Data BKSDA Jambi tahun 2024 menunjukkan bahwa populasi harimau Sumatera di wilayah tersebut hanya tersisa sekitar 183 ekor. Dari jumlah tersebut, sekitar 150 ekor tersebar di Taman Nasional Kerinci Seblat, 25 ekor di Taman Nasional Bukit Tigapuluh, dan sisanya berada di kawasan lainnya.