Yoshinoya Beralih Strategi: Ekspansi Bisnis Ramen di Tengah Tekanan Harga Bahan Baku

Jaringan restoran cepat saji asal Jepang, Yoshinoya, mengumumkan strategi ekspansi bisnis yang signifikan dengan fokus utama pada pengembangan bisnis ramen. Langkah ini diambil di tengah tantangan kenaikan harga bahan baku utama seperti beras dan daging sapi, yang memengaruhi operasional restoran-restoran di Jepang.

CEO Yoshinoya, Tetsuya Naruse, mengungkapkan bahwa perusahaan menargetkan pendapatan dari bisnis ramen mencapai 40 miliar yen pada tahun fiskal 2029. Angka ini akan menyumbang 13 persen dari total penjualan, meningkat signifikan dari 4 persen pada tahun sebelumnya. Target ambisius ini menunjukkan keseriusan Yoshinoya dalam menggarap pasar ramen yang potensial.

Sebagai langkah awal, Yoshinoya telah mengakuisisi dua operator restoran ramen yang berbasis di Kyoto, yaitu Takara Sangyo dan Kiramekino Mirai. Akuisisi ini memperluas portofolio merek ramen Yoshinoya, yang sebelumnya telah memiliki Withlink di Hiroshima dan Setagaya di Tokyo. Strategi pertumbuhan anorganik ini, melalui akuisisi lebih lanjut, akan menjadi bagian penting dari ekspansi bisnis ramen Yoshinoya.

Langkah diversifikasi ini dilakukan ketika Yoshinoya dan restoran lainnya di Jepang bergulat dengan kenaikan biaya bahan makanan. Kenaikan harga beras domestik dan daging sapi impor dari Amerika Serikat memberikan tekanan pada margin keuntungan. Selain itu, restoran juga menghadapi tantangan dalam menaikkan harga jual di pasar yang baru saja keluar dari periode deflasi yang panjang.

Dengan fokus baru pada bisnis ramen, Yoshinoya berharap dapat mengatasi tantangan ekonomi dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan di masa depan. Investasi signifikan dalam ekspansi ramen mencerminkan keyakinan perusahaan akan potensi pasar ramen yang besar dan kemampuan untuk bersaing secara efektif di industri ini.