Krisis di Hollywood: Michael Bay dan Cameron Ungkap Kesulitan Produksi Film
Krisis di Hollywood: Bay dan Cameron Ungkap Kesulitan Produksi Film
Sutradara kawakan Michael Bay dan James Cameron, dua nama besar yang selama ini identik dengan produksi film beranggaran besar dan sukses secara komersial, baru-baru ini mengungkapkan tantangan signifikan yang tengah dihadapi industri perfilman Hollywood. Dalam wawancara terpisah, namun dengan kesimpulan yang sama, keduanya menyoroti betapa sulitnya saat ini untuk mendapatkan persetujuan produksi film, bahkan bagi figur-figur sebesar mereka. Bay, dalam wawancara dengan The Hollywood Reporter terkait film dokumenter terbarunya, We Are Storror, menggambarkan situasi ini sebagai hambatan yang nyata dan signifikan.
Bay menjelaskan percakapannya dengan Cameron, menyatakan bahwa keduanya sama-sama mengeluhkan kesulitan mendapatkan lampu hijau untuk proyek film. Proses produksi, menurut mereka, kini berjalan sangat lambat dan rumit. Kondisi ini bukanlah sebuah persepsi subjektif; sejumlah faktor objektif turut berkontribusi pada kesulitan tersebut. Pandemi COVID-19, yang sempat menghentikan produksi di Los Angeles pada tahun 2020, menjadi salah satu pemicu utama. Pemulihan pasca-pandemi terhambat oleh aksi mogok kerja yang dilakukan oleh dua serikat pekerja utama di industri perfilman, Writers Guild of America (WGA) dan Screen Actors Guild - American Federation of Television and Radio Artists (SAG-AFTRA), masing-masing pada Mei dan Juli 2023. Aksi mogok ini, yang merupakan yang pertama kalinya terjadi secara bersamaan sejak 1960, mengakibatkan terhentinya proses produksi selama berbulan-bulan dan menimbulkan dampak yang berkelanjutan hingga saat ini.
Lebih lanjut, praktik efisiensi biaya oleh studio-studio besar juga memperparah situasi. Disney, sebagai contoh, telah mengumumkan pemangkasan 7.000 karyawan pada Januari 2023, dan pemutusan hubungan kerja masih terus berlanjut, termasuk pengurangan 200 karyawan di ABC News. Pemangkasan anggaran operasional dan pengurangan jumlah karyawan ini secara langsung berdampak pada kemampuan studio untuk membiayai proyek-proyek film baru dan berisiko tinggi.
Faktor ekonomi makro juga ikut berperan. Suku bunga yang tinggi meningkatkan biaya pinjaman bagi studio-studio film, sehingga semakin menyulitkan mereka untuk mendapatkan pendanaan yang dibutuhkan untuk produksi film. Situasi ini semakin diperumit oleh kebakaran hutan yang baru-baru ini terjadi di Los Angeles, yang dampaknya terhadap industri perfilman masih belum dapat diprediksi sepenuhnya.
Bay juga membandingkan kondisi industri perfilman saat ini dengan masa lalu, khususnya saat produksi film Armageddon. Ia mengingat betapa mudahnya mendapatkan persetujuan produksi pada masa itu, sebuah kontras yang tajam dengan tantangan yang dihadapinya sekarang. Proses produksi film Armageddon, yang melibatkan konsultasi intensif dengan ahli NASA dan persetujuan cepat dari eksekutif studio, menggambarkan perbedaan signifikan dalam cara industri beroperasi pada masa lalu dan masa kini. Era tersebut, menurutnya, jauh lebih efisien dan minim hambatan dibandingkan dengan situasi saat ini. Perubahan drastis ini menunjukkan betapa kompleks dan menantangnya situasi yang dihadapi oleh industri perfilman Hollywood saat ini, bahkan bagi para veteran industri sekalipun.
Kesimpulannya, industri film Hollywood sedang menghadapi badai sempurna: pandemi, pemogokan, pemotongan anggaran perusahaan, suku bunga tinggi, dan bencana alam. Kondisi ini membuat mendapatkan persetujuan untuk produksi film, terlepas dari kredibilitas sang sutradara, menjadi perjuangan berat yang belum terlihat ujungnya.