PSI Menilai Kehadiran Jokowi Sebagai Kader: Sebuah Kehormatan Terbesar
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyatakan bahwa bergabungnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai kader partai akan menjadi sebuah kehormatan yang tak ternilai. Pernyataan ini disampaikan oleh politisi PSI, Ade Armando, dalam sebuah diskusi.
Ade Armando mengungkapkan bahwa banyak kader PSI yang mendambakan Jokowi untuk memimpin partai. Nama Jokowi mencuat sebagai salah satu kandidat potensial dalam bursa calon ketua umum PSI yang akan dipilih melalui kongres partai pada Juli 2025. Keinginan ini muncul dari berbagai daerah, di mana kader PSI melihat Jokowi sebagai sosok yang ideal untuk memimpin.
Menurut Ade, PSI mengagumi Jokowi sebagai pemimpin yang telah berhasil memimpin Indonesia selama dua periode. Ia menekankan bahwa pandangan ini murni didasarkan pada kinerja Jokowi selama menjabat sebagai presiden. Ade juga menegaskan bahwa PSI tidak termasuk dalam kelompok yang mendukung perpanjangan masa jabatan presiden menjadi tiga periode.
"Bayangkan jika Pak Jokowi memilih untuk bergabung dengan PSI, itu akan menjadi kehormatan terbesar yang bisa didapatkan oleh PSI," ujar Ade.
Selain nama Jokowi, beberapa tokoh lain juga disebut-sebut sebagai kandidat potensial ketua umum PSI. Beberapa nama yang muncul antara lain:
- Kaesang Pangarep (Ketua Umum PSI saat ini)
- Isyana Bagoes Oka (Wakil Menteri Kependudukan)
- Agus Herlambang (Politisi PSI)
Usulan nama-nama ini muncul dari berbagai Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PSI di seluruh Indonesia. DPW Yogyakarta, misalnya, secara terbuka mendukung Jokowi sebagai calon ketua umum. Sementara itu, DPW Jawa Barat mengusulkan nama Kaesang Pangarep dan Agus Herlambang. DPW Bali mengusulkan sosok pemimpin perempuan, yaitu Isyana Bagoes Oka.
Untuk dapat mencalonkan diri sebagai ketua umum PSI, seorang kandidat harus terlebih dahulu menjadi kader partai yang sah, dibuktikan dengan kepemilikan Kartu Tanda Anggota (KTA).
Munculnya nama Jokowi dalam bursa calon ketua umum PSI menunjukkan bahwa partai ini sangat terbuka terhadap tokoh-tokoh eksternal yang dianggap memiliki visi dan kemampuan untuk memajukan partai.