Pramono Anung Menggagas Solusi Tiang Monorel Mangkrak: Akhir dari Penantian Panjang?
Gubernur Jakarta, Pramono Anung, menyatakan komitmennya untuk mencari solusi terhadap keberadaan tiang-tiang monorel yang terbengkalai di sepanjang Jalan HR Rasuna Said dan Jalan Asia Afrika. Proyek yang mangkrak selama hampir dua dekade ini menjadi perhatian serius karena dinilai merusak estetika kota dan mencerminkan masalah yang belum terselesaikan.
Dalam pernyataan yang disampaikan di Cikini, Jakarta Pusat, Pramono Anung menekankan perlunya tindakan nyata untuk mengatasi persoalan ini. Ia menyoroti bahwa tiang-tiang monorel yang terbengkalai bukan hanya sekadar masalah visual, tetapi juga simbol dari inefisiensi dan kurangnya keberanian dalam mengambil keputusan.
Proyek monorel Jakarta sendiri dimulai pada tahun 2004, namun terhenti pada tahun 2007 akibat sengketa hukum antara kontraktor dan pelaksana proyek. Akibatnya, sekitar 90 tiang monorel yang telah dibangun menjadi terbengkalai dan tidak terurus hingga saat ini. Kondisi ini diperparah oleh kompleksitas hukum yang membuat banyak pihak enggan untuk terlibat dalam penyelesaiannya.
Pramono Anung menegaskan bahwa fokus utama saat ini bukanlah melanjutkan proyek monorel, melainkan mencari solusi terbaik untuk tiang-tiang yang tidak berfungsi tersebut. Opsi yang dipertimbangkan termasuk pembongkaran atau pemanfaatan tiang-tiang tersebut untuk tujuan lain. Keputusan yang diambil nantinya harus mempertimbangkan aspek estetika, keamanan, dan efisiensi biaya.
Wacana pembongkaran tiang monorel sebenarnya telah muncul sejak era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Namun, rencana tersebut gagal terealisasi akibat perbedaan harga yang signifikan antara Pemerintah Provinsi Jakarta dan PT Jakarta Monorail (JM). Pemprov Jakarta bahkan telah mengirimkan surat pemutusan kerja sama dengan PT JM.
Sekretaris Daerah Jakarta saat itu, Saefullah, menyatakan bahwa tiang-tiang tersebut harus dibongkar karena tidak dibiayai oleh anggaran negara. Meskipun demikian, janji pembongkaran tersebut tidak pernah terwujud hingga saat ini.
Kini, harapan masyarakat Jakarta kembali tertuju pada Pramono Anung. Mampukah ia merealisasikan solusi konkret untuk tiang-tiang monorel yang telah menjadi bagian dari lanskap kota selama 18 tahun terakhir? Warga Jakarta menantikan tindakan nyata, bukan sekadar janji-janji yang tak kunjung ditepati.
Berikut adalah beberapa opsi yang mungkin dipertimbangkan dalam penyelesaian masalah tiang monorel:
- Pembongkaran: Opsi ini akan menghilangkan tiang-tiang yang terbengkalai, namun memerlukan biaya yang signifikan dan dapat menimbulkan gangguan lalu lintas.
- Pemanfaatan: Tiang-tiang dapat dimanfaatkan untuk infrastruktur lain, seperti jalan layang, taman vertikal, atau instalasi seni publik. Opsi ini membutuhkan perencanaan yang matang dan koordinasi dengan berbagai pihak.
- Negosiasi: Pemerintah Provinsi Jakarta dapat kembali bernegosiasi dengan PT Jakarta Monorail (JM) untuk mencari solusi yang saling menguntungkan.
Keputusan akhir mengenai nasib tiang-tiang monorel akan sangat mempengaruhi wajah kota Jakarta dan citra pemerintah daerah. Pramono Anung ditantang untuk menunjukkan kepemimpinan yang kuat dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang kompleks dan berlarut-larut.