Sukiman, Sang 'Naib Kambing' dari Klaten: Kisah Unik Profesi Jasa Perkawinan Kambing

Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, profesi unik dan tak lazim masih dapat ditemukan di pelosok daerah. Salah satunya adalah Sukiman (60), seorang pria asal Dukuh, Desa Bero, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, yang dikenal sebagai penyedia jasa perkawinan kambing.

Sejak dekade 1990-an, Sukiman telah menggeluti profesi yang mungkin terdengar asing bagi sebagian orang ini. Berawal dari sekadar memelihara kambing untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ia tak menyangka bahwa keahliannya dalam mengawinkan kambing justru menjadi sumber penghasilan utama.

Awal Mula yang Tak Disengaja

Sebelum menjadi "naib kambing"—sebutan populer untuknya—Sukiman sempat bekerja sebagai tukang batu dan merantau ke Yogyakarta. Namun, hatinya terpanggil untuk kembali ke kampung halaman dan beternak kambing.

"Dulu saya punya lima kambing betina jenis Bligon atau Jawarandu," kenangnya. Hasil beternak kambing tersebut ternyata cukup membantu perekonomian keluarga, bahkan mampu membiayai pendidikan anak-anaknya.

Suatu ketika, para tetangga mulai meminta bantuan Sukiman untuk mengawinkan kambing peliharaan mereka. Dari situlah, ia melihat peluang baru dan memutuskan untuk menekuni jasa perkawinan kambing secara lebih serius.

Menjadi "Naib Kambing" Profesional

Sejak tahun 1997, Sukiman mantap memilih profesi sebagai "naib kambing". Ia memelihara beberapa ekor kambing jantan jenis Bligon dan Peranakan Etawa (PE) untuk melayani permintaan jasa perkawinan. Kandang berukuran 3 x 11 meter dan 2,5 x 3 meter dibangun di samping rumahnya untuk menampung para "pasien".

"Dulu punya sembilan, sekarang tinggal tujuh karena sudah dijual," ujarnya.

Setiap bulan, kandang Sukiman tak pernah sepi dari kambing betina yang ingin dikawinkan. Ia bahkan menyediakan layanan antar-jemput kambing menggunakan sepeda motor yang dimodifikasi dengan gerobak.

Tarif dan Penghasilan

Tarif jasa perkawinan kambing yang ditawarkan Sukiman bervariasi, tergantung pada jarak penjemputan dari rumah pemilik. "Kalau dekat sekitar Rp 50 ribu, yang agak jauh bisa Rp 125 ribu atau Rp 175 ribu," jelasnya.

Dari profesi unik ini, Sukiman mampu memperoleh penghasilan hingga jutaan rupiah per bulan. "Paling banyak bisa dapat Rp 7 juta sebulan, tapi itu masih kotor," ungkapnya.

Sebagian besar penghasilannya digunakan untuk membeli pakan kambing, seperti komboran (campuran dedak dan bahan pakan lainnya). Ia juga menyisihkan sebagian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Kisah Sukiman, sang "naib kambing" dari Klaten, adalah contoh nyata bahwa rezeki bisa datang dari mana saja, bahkan dari profesi yang tak lazim sekalipun. Kegigihan dan keuletannya dalam menekuni pekerjaan ini patut diacungi jempol dan menjadi inspirasi bagi kita semua.