Bergabung dengan BRICS, Indonesia Diprediksi Raih Lebih Banyak Investasi dan Dorong Transformasi Industri
Keikutsertaan Indonesia dalam aliansi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) diproyeksikan akan memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan sektor manufaktur dalam negeri. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menekankan bahwa langkah ini, khususnya, akan mengakselerasi transformasi digital dan meningkatkan daya saing industri Indonesia di kancah global.
BRICS, sebagai sebuah aliansi ekonomi yang mewakili lebih dari 40% populasi dunia dan hampir seperempat dari Produk Domestik Bruto (PDB) global, menjadi platform strategis bagi Indonesia. Agus menjelaskan bahwa keanggotaan Indonesia akan memperkuat posisi BRICS sebagai kekuatan ekonomi alternatif, yang pada akhirnya memberikan keuntungan bagi industri dalam negeri.
"Keanggotaan Indonesia di BRICS adalah langkah vital untuk memperluas kolaborasi internasional, terutama dalam pengembangan industri, investasi teknologi, dan penguatan rantai pasok global," ujar Agus dalam keterangan tertulisnya.
Lebih lanjut, Agus menyoroti bahwa partisipasi Indonesia dalam BRICS akan membuka peluang besar untuk mendorong transformasi industri dalam negeri menuju era Industri 4.0, sejalan dengan inisiatif Making Indonesia 4.0. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memajukan digitalisasi, smart manufacturing, dan otomatisasi industri guna meningkatkan produktivitas dan daya saing nasional. Hal ini selaras dengan semangat BRICS dalam memperkuat kolaborasi di bidang teknologi dan inovasi.
Dalam upaya mewujudkan visi tersebut, pemerintah terus mendorong penguatan sektor industri utama melalui inovasi teknologi, percepatan pengembangan industri hijau yang berkelanjutan, serta membangun rantai pasok yang inklusif dan resilien.
Agus juga menekankan pentingnya dukungan terhadap Industri Kecil dan Menengah (IKM). Melalui kolaborasi dengan negara-negara anggota BRICS, Indonesia akan memperluas akses IKM terhadap teknologi digital dan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan efisiensi produksi dan penetrasi pasar.
"Digitalisasi dan AI bukan hanya untuk industri besar. IKM kita harus bisa mengakses teknologi ini agar tidak tertinggal. Inilah urgensi kolaborasi dalam BRICS untuk memperkecil kesenjangan teknologi," tegasnya.
Selain itu, Agus menyoroti potensi besar Indonesia di sektor bioindustri dan ekonomi sirkular. Dengan kekayaan hayati dan sumber daya alam terbarukan yang melimpah, Indonesia berpotensi menjadi pemasok bioindustri global. Kerjasama dalam BRICS akan mempercepat pengembangan teknologi bioindustri dan mendorong penerapan ekonomi sirkular yang ramah lingkungan.
Menperin menegaskan bahwa BRICS akan menjadi wahana strategis bagi Indonesia untuk memperkuat posisi industri nasional dalam perekonomian global yang berkelanjutan, inklusif, dan berbasis inovasi. Hal ini didukung oleh capaian membanggakan dalam nilai Manufacturing Value Added (MVA), yang menunjukkan daya saing industri manufaktur Indonesia di tingkat global.
Manfaat Keanggotaan Indonesia di BRICS:
- Memperluas kerjasama internasional dalam pengembangan industri.
- Meningkatkan investasi teknologi.
- Memperkuat rantai pasok global.
- Mempercepat transformasi industri menuju Industri 4.0.
- Mendorong digitalisasi dan pemanfaatan AI di IKM.
- Mengembangkan sektor bioindustri dan ekonomi sirkular.
- Memperkuat posisi industri nasional dalam perekonomian global.