Waspadai Sembilan Sinyal Tubuh Saat Kelebihan Konsumsi Gula

Konsumsi gula berlebih, terutama gula tambahan yang banyak ditemukan dalam makanan olahan, dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan. Penting untuk mengenali tanda-tanda yang diberikan tubuh sebagai peringatan dini.

Berikut sembilan sinyal yang patut diwaspadai:

  • Peningkatan Rasa Lapar: Gula tambahan, berbeda dengan gula alami dalam buah dan sayur yang disertai serat, tidak memberikan rasa kenyang yang memadai. Tubuh akan membakar gula dengan cepat, memicu rasa lapar dan keinginan untuk mengonsumsi camilan manis secara terus-menerus.

  • Perubahan Suasana Hati (Mood Swings): Konsumsi gula berlebihan dapat memicu peradangan dan memperburuk suasana hati, bahkan memicu gejala depresi. Fluktuasi gula darah akibat makanan tinggi gula juga dapat menyebabkan kelelahan dan mudah tersinggung.

  • Kelelahan Kronis: Gula memang memberikan energi instan, tetapi efeknya hanya sementara. Setelahnya, kadar energi akan menurun drastis, membuat tubuh merasa lelah dan lesu. Kondisi ini mendorong keinginan untuk mengonsumsi lebih banyak gula, menciptakan siklus yang tidak sehat.

  • Penurunan Sensitivitas Rasa Manis: Konsumsi gula yang tinggi secara terus-menerus dapat membuat otak terbiasa dengan tingkat kemanisan yang ekstrem. Akibatnya, makanan yang kurang manis terasa hambar dan kurang memuaskan, mendorong peningkatan konsumsi gula.

  • Kenaikan Tekanan Darah: Studi menunjukkan adanya korelasi antara konsumsi minuman manis dengan peningkatan tekanan darah. Kadar glukosa yang tinggi dapat merusak lapisan pembuluh darah, memicu penumpukan kolesterol dan pengerasan pembuluh darah, yang pada akhirnya meningkatkan tekanan darah.

  • Masalah Kulit (Jerawat): Resistensi insulin, kondisi di mana sel-sel tubuh tidak merespons insulin dengan baik, dapat memicu timbulnya jerawat. Konsumsi makanan tinggi gula merupakan salah satu faktor risiko resistensi insulin, sehingga memperburuk kondisi kulit.

  • Nyeri Sendi: Konsumsi gula berlebihan dapat memicu peradangan sistemik di seluruh tubuh, termasuk pada persendian, yang menyebabkan nyeri dan rasa tidak nyaman.

  • Gangguan Pencernaan: Gula dapat menjadi iritan bagi usus dan memperburuk gejala gangguan pencernaan seperti kram, diare, atau sindrom iritasi usus besar (IBS).

  • Kecanduan Gula (Sugar Cravings): Gula memiliki efek adiktif pada otak, menargetkan pusat kesenangan dan memicu pelepasan hormon dopamin. Hal ini menciptakan keinginan untuk mengonsumsi gula secara terus-menerus, membentuk siklus kecanduan.

Menyadari tanda-tanda ini dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi konsumsi gula dapat membantu menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.