Sabar dan Syukur: Dua Pilar Menuju Ketinggian Spiritual Menurut Prof. Nasaruddin Umar
Sabar dan Syukur: Dua Pilar Menuju Ketinggian Spiritual Menurut Prof. Nasaruddin Umar
Dalam sebuah kajian di program detikKultum, Selasa (4/3/2025), Prof. Dr. Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal dan mantan Menteri Agama, memaparkan konsep penting tentang kunci keberhasilan dalam kehidupan: kesabaran dan rasa syukur. Beliau menganalogikan keduanya sebagai dua sayap yang dibutuhkan manusia untuk mencapai puncak spiritualitas. Analogi ini, meskipun manusia bukanlah burung, menunjukkan kekuatan dahsyat yang tercipta dari kombinasi kedua sifat terpuji tersebut. Prof. Nasaruddin menekankan bahwa perjalanan hidup manusia, yang dulunya berada di 'langit' (dekat dengan Tuhan) kemudian turun ke bumi, membutuhkan usaha sadar untuk kembali mencapai ketinggian spiritual tersebut.
Beliau menjelaskan bahwa sayap kanan melambangkan kesabaran, yakni kemampuan untuk menahan diri dari tindakan yang bertentangan dengan hati nurani. Kesabaran, menurutnya, menjadi modal utama dalam menghadapi ujian hidup. Namun, kesabaran saja tidak cukup. Sayap kiri, yang mewakili rasa syukur, merupakan pelengkap yang krusial untuk mencapai keseimbangan dan kemajuan spiritual. Tanpa rasa syukur, kesabaran dapat menjadi sia-sia dan tak mampu mengangkat manusia ke tingkat yang lebih tinggi.
Lebih lanjut, Prof. Nasaruddin menjelaskan bahwa kedua sifat ini saling melengkapi dan menghasilkan kehidupan yang seimbang. Ketika dihadapkan pada musibah, kesabaran menjadi benteng pertahanan, membuat seseorang mampu menghadapi cobaan dengan tenang dan lapang dada. Sebaliknya, di kala dilimpahi rezeki dan keberuntungan, rasa syukur mencegah seseorang dari kesombongan dan keangkuhan. Beliau menuturkan bahwa musibah, ironisnya, seringkali lebih mampu mengangkat derajat manusia ke hadapan Tuhan dibandingkan dengan kemewahan.
Menurutnya, ujian hidup, baik berupa musibah maupun kelimpahan rezeki, merupakan tanda bahwa Allah SWT akan meninggikan derajat hamba-Nya. Tidak ada kenaikan kelas tanpa ujian. Musibah akan menguji kesabaran, sementara kemewahan akan menguji rasa syukur. Kemampuan untuk melewati ujian-ujian tersebut, dengan bekal kesabaran dan syukur, akan membawa manusia semakin dekat kepada-Nya. Dengan kata lain, kesabaran menghadapi kesulitan dan syukur atas nikmat yang diterima adalah kunci untuk mencapai shiratal mustaqim, jalan yang lurus menuju ridho Allah SWT.
Prof. Nasaruddin juga menambahkan, kurangnya kesabaran akan membuat seseorang merasa lebih berat menghadapi penyakit, sementara kesabaran, bahkan dalam menghadapi penyakit yang berat sekalipun, akan membantu seseorang tetap tegar dan optimis. Beliau menyimpulkan bahwa dengan menggabungkan kedua sayap kehidupan ini – kesabaran dan syukur – manusia dapat meninggalkan penderitaan, kekecewaan, rasa sakit, kemalasan, dan ketidakikhlasan. Hal ini merupakan pesan yang sangat penting dan relevan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di bulan Ramadan, sebagai bentuk introspeksi diri dan peningkatan spiritual.
Jangan lewatkan program detikKultum bersama Prof. Nasaruddin Umar selama bulan Ramadan pukul 20.30 WIB hanya di detikcom!