Kemensos Fokus Pemberdayaan Masyarakat untuk Memutus Lingkaran Kemiskinan
Kementerian Sosial (Kemensos) Republik Indonesia tengah menggeser fokus utama dari sekadar pemberian bantuan sosial (bansos) menjadi pemberdayaan ekonomi masyarakat. Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono menegaskan bahwa paradigma baru ini bertujuan untuk membebaskan masyarakat dari belenggu kemiskinan, bukan sekadar mempertahankan status quo.
Dalam sebuah wawancara, Wamensos Agus Jabo menekankan pentingnya transformasi paradigma perlindungan sosial. Menurutnya, Kemensos tidak ingin bantuan sosial hanya menjadi alat untuk melanggengkan kemiskinan. Ia berpendapat bahwa bansos seharusnya menjadi instrumen untuk memerdekakan rakyat dari kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi.
Konsekuensi dari perubahan paradigma ini adalah pergeseran kebijakan dan program Kemensos ke arah penumbuhan kemandirian. Alih-alih hanya memberikan bantuan tunai, masyarakat miskin akan diberikan akses yang lebih luas terhadap:
- Pelatihan keterampilan
- Peralatan usaha
- Pendampingan intensif
- Fasilitasi pemasaran produk
Agus Jabo mencontohkan, daripada memberikan Rp 200 ribu per bulan kepada masyarakat miskin, Kemensos lebih memilih untuk membantu mereka memulai usaha. Dengan demikian, mereka dapat memiliki penghasilan tetap, bahkan berpotensi menciptakan lapangan kerja bagi orang lain.
Pendekatan ini dinilai lebih efektif dan manusiawi karena menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri pada masyarakat miskin. Namun, ia mengakui bahwa perubahan pendekatan ini tidaklah mudah. Salah satu tantangan utama adalah akurasi data penerima bantuan dan program pemberdayaan.
Sebelumnya, terdapat tumpang tindih data sosial antarlembaga yang mencapai 47 sumber. Namun, berkat arahan Presiden, Badan Pusat Statistik (BPS) berkolaborasi dengan berbagai kementerian dan lembaga, termasuk Kemensos, telah menyusun Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN). Data tunggal ini mengklasifikasikan masyarakat berdasarkan desil ekonomi, sehingga bantuan dan program pemberdayaan dapat lebih tepat sasaran. Desil 1 adalah kelompok masyarakat termiskin dengan pengeluaran di bawah Rp400 ribu per bulan, dan menjadi fokus utama program perlindungan sosial.
Dalam kesempatan tersebut, Wamensos juga memperkenalkan program terobosan Kemensos, yaitu Sekolah Rakyat. Sekolah berasrama ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk mengentaskan kemiskinan. Anak-anak dari keluarga miskin ekstrem akan disekolahkan di boarding school dengan fasilitas lengkap, termasuk asrama, makanan, pendidikan karakter, dan keterampilan. Program ini bertujuan untuk menyiapkan mereka menjadi pemimpin masa depan.
Sekolah Rakyat tidak hanya mencegah anak-anak miskin putus sekolah, tetapi juga menciptakan generasi yang mampu memutus rantai kemiskinan di keluarga mereka. Merry Riana juga menyoroti perjalanan hidup Agus Jabo, seorang aktivis idealis dan mantan Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD), yang kini mengabdikan diri di pemerintahan.
Agus Jabo menegaskan bahwa kekuasaan harus digunakan sebagai alat untuk melayani rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi. Ia mengajak seluruh masyarakat untuk memiliki mental patriot dan tidak takut bermimpi besar. Dengan komitmen terhadap pemberdayaan, akurasi data, dan investasi pada generasi muda, Kemensos terus berupaya mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.