Sarinah: Ikon Jakarta, Simbol Cinta Soekarno pada Rakyat, dan Saksi Sejarah Bangsa
Di jantung ibu kota Jakarta, menjulang sebuah bangunan yang lebih dari sekadar pusat perbelanjaan. Gedung Sarinah, saksi bisu sejarah bangsa, menyimpan kisah cinta, cita-cita, dan semangat kemandirian yang diinisiasi oleh Presiden Soekarno.
Gagasan Ideal Soekarno dan Lahirnya Sarinah
Pada tahun 1962, Soekarno menggagas pembangunan Sarinah sebagai simbol perlawanan terhadap inflasi dan wadah promosi produk lokal. Terinspirasi dari kunjungan ke negara-negara sosialis, Soekarno ingin menciptakan ruang ekonomi rakyat yang modern. Nama Sarinah sendiri diambil dari pengasuh Soekarno semasa kecil, seorang wanita sederhana yang mengajarkan Soekarno tentang cinta dan kepedulian terhadap rakyat kecil. Pembangunan Sarinah didanai dari dana pampasan perang Jepang dan dikerjakan oleh Obayashi Corporation.
Peletakan batu pertama dilakukan langsung oleh Soekarno pada 23 April 1963, bahkan alat pemancang dari proyek Masjid Istiqlal pun dipinjamkan untuk mempercepat proses pembangunan. Empat tahun kemudian, Sarinah berdiri megah sebagai salah satu gedung pencakar langit pertama di Jakarta. Eskalator pertama di Indonesia menjadi salah satu daya tarik utama Sarinah saat itu.
Perjalanan Panjang Sarinah: Dari Etalase Produk Lokal hingga Waralaba Asing
Namun, perjalanan Sarinah tidak selalu mulus. Sempat terjadi pergeseran fokus dari etalase produk lokal menjadi penjualan batik dan kerajinan tangan pada era 1970-an. Seiring berjalannya waktu, ruang-ruang di Sarinah disewakan kepada waralaba asing seperti McDonald’s, Hard Rock Cafe, dan Manchester United Cafe.
Sarinah juga mengalami beberapa kali musibah kebakaran. Tercatat tiga kali api pernah melahap bangunan ini, yaitu pada tahun 1980, 1984, dan 2015. Meskipun demikian, Sarinah tetap bertahan dan menjadi bagian penting dari sejarah Jakarta.
Revitalisasi dan Pengembalian Jati Diri Sarinah
Pada tahun 2020, PT Wijaya Karya memulai revitalisasi besar-besaran untuk mengembalikan wajah asli Sarinah. Proyek ini meliputi perluasan podium bangunan dan pembongkaran kanopi segitiga yang menutupi fasad aslinya sejak tahun 1990-an. Dalam proses restorasi, ditemukan relief-relief berharga yang menggambarkan kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk sosok perempuan berkebaya, nelayan, petani, dan buruh. Salah satu relief bahkan diyakini sebagai gambaran sosok Sarinah.
Kini, ruang-ruang yang dulunya tersembunyi, seperti ruang tata udara dan area servis, difungsikan ulang agar publik dapat menikmati karya-karya seni tersebut. Sarinah bukan hanya sekadar pusat perbelanjaan, tetapi juga monumen hidup yang menyimpan nilai-nilai sejarah dan budaya bangsa.