Kesepakatan Dagang AS-China Picu Proyeksi Penurunan Harga Emas

Perlambatan ketegangan ekonomi global menyusul adanya indikasi kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, memunculkan prediksi bahwa harga emas global akan mengalami penurunan secara bertahap. Sentimen pasar kini beralih dari kekhawatiran resesi menjadi harapan pemulihan ekonomi.

Emas, yang selama ini dikenal sebagai aset safe haven, mengalami peningkatan permintaan di tengah ketidakpastian geopolitik dan volatilitas pasar. Kondisi ini mendorong harga emas mencapai titik tertinggi pada tahun sebelumnya, seiring dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global yang dipicu oleh kebijakan tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap sejumlah negara.

Menurut seorang analis ekonomi, dengan meredanya tensi geopolitik, harga emas diperkirakan akan mengalami koreksi dari level tertingginya. Emas dinilai sebagai aset yang berfungsi sebagai penyimpan nilai, tanpa memberikan imbal hasil reguler seperti investasi pada instrumen lain.

"Investasi pada sektor riil atau pasar saham menawarkan potensi dividen yang dipengaruhi oleh ekspektasi pertumbuhan ekonomi. Semakin positif prospek pertumbuhan ekonomi, minat terhadap saham cenderung meningkat karena potensi dividen yang lebih tinggi," ujarnya.

Membaiknya ekspektasi pertumbuhan ekonomi global berpotensi menekan harga emas. Namun, tren ini diperkirakan tidak akan berlangsung lama, mengingat volatilitas pasar saat ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Amerika Serikat sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Kebijakan ekonomi AS memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian global, yang berpotensi memicu volatilitas pasar.