Microsoft Kembali Pangkas Ribuan Karyawan di Tengah Kinerja Keuangan yang Solid

Raksasa teknologi Microsoft kembali mengambil langkah efisiensi dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 6.000 karyawannya. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, mengingat perusahaan yang didirikan Bill Gates ini baru saja mengumumkan kinerja keuangan kuartalan yang sangat baik.

PHK ini berdampak pada berbagai divisi, tingkatan jabatan, dan wilayah geografis, termasuk kantor pusat Microsoft di Redmond, Washington, di mana hampir 2.000 karyawan terkena dampaknya. Ini merupakan gelombang PHK terbesar yang dilakukan Microsoft dalam dua tahun terakhir, setelah sebelumnya memangkas 10.000 posisi pada tahun 2023.

Keputusan Microsoft untuk melakukan PHK di tengah kondisi bisnis yang positif menimbulkan pertanyaan. Pada akhir April lalu, perusahaan melaporkan laba bersih kuartalan sebesar 25,8 miliar dollar AS dan memberikan proyeksi yang optimis. Bahkan, saham Microsoft mencapai titik tertinggi tahun ini, ditutup pada harga 449,26 dollar AS pada hari Senin.

Menurut pernyataan resmi perusahaan, reorganisasi ini dilakukan untuk beradaptasi dengan dinamika pasar yang terus berubah dan memperkuat posisi Microsoft di masa depan. Salah satu fokus utama adalah mengurangi lapisan manajemen yang dianggap berlebihan. Berbeda dengan PHK sebelumnya yang berbasis pada kinerja karyawan, kali ini pemangkasan dilakukan sebagai bagian dari penyesuaian strategi perusahaan.

CEO Microsoft, Satya Nadella, sebelumnya mengindikasikan bahwa perusahaan akan melakukan penyesuaian strategi penjualan, terutama setelah pertumbuhan layanan cloud Azure mengalami perlambatan di luar lini kecerdasan buatan (AI).

Gelombang PHK di Industri Teknologi

Microsoft bukanlah satu-satunya perusahaan teknologi yang melakukan PHK massal pada tahun 2025. Beberapa perusahaan lain juga telah mengambil langkah serupa dengan berbagai alasan yang berbeda.

  • Panasonic Holdings Corporation: Baru-baru ini mengumumkan rencana untuk mengurangi tenaga kerja globalnya sebanyak sekitar 10.000 karyawan, sebagai bagian dari inisiatif restrukturisasi untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas.
  • CrowdStrike: Perusahaan keamanan siber ini juga mengumumkan PHK terhadap 5 persen dari total karyawannya.
  • Amazon: Sebelumnya telah melakukan langkah serupa untuk merampingkan struktur organisasi.
  • Intel: Produsen chip raksasa ini melakukan PHK massal pada bulan April 2025, menyusul kondisi bisnis yang kurang baik sejak tahun lalu.
  • Google: Melakukan PHK massal pada bulan April 2025, yang berdampak pada ratusan karyawan dari divisi Platform dan Devices, termasuk layanan dan produk seperti smartphone seri Pixel, sistem operasi Android, dan peramban Chrome. Google menjelaskan bahwa PHK ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi perusahaan setelah penggabungan divisi Platform dan Devices.
  • Meta: Perusahaan induk yang menaungi Instagram, Facebook, WhatsApp, dan Messenger, mengumumkan rencana pemangkasan 5 persen karyawannya tahun ini. CEO Meta, Mark Zuckerberg, mengatakan bahwa pemecatan akan didasarkan pada penilaian kinerja.
  • Electronic Arts (EA): Perusahaan penerbit dan pengembang video game ini juga dikabarkan melakukan PHK terhadap 300-400 karyawannya, dengan alasan "penyesuaian tertentu" dalam struktur perusahaan.

Gelombang PHK di industri teknologi ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan besar sedang berupaya untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan meningkatkan efisiensi operasional. Meskipun beberapa perusahaan melaporkan kinerja keuangan yang baik, mereka tetap mengambil langkah-langkah efisiensi untuk memastikan keberlanjutan bisnis di masa depan.