Lesehan: Tradisi dan Sunnah Nabawiyah dalam Desain Interior Muslim Modern

Lesehan: Tradisi dan Sunnah Nabawiyah dalam Desain Interior Muslim Modern

Praktik lesehan, duduk, makan, dan tidur di lantai, telah lama menjadi bagian integral dari budaya dan tradisi masyarakat Timur Tengah, termasuk di dalamnya masyarakat Muslim. Lebih dari sekadar kebiasaan, praktik ini juga terinspirasi dari sunnah Nabi Muhammad SAW, yang sering terlihat menjalankan aktivitas sehari-hari di lantai. Kehidupan sederhana dan tawadhu beliau telah menjadi teladan bagi umat Islam hingga kini, mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk desain interior rumah-rumah muslim.

Penggunaan permadani dan bantal sebagai alas lesehan bukanlah sekadar tren desain interior, melainkan refleksi dari ajaran Islam yang menekankan kesederhanaan dan kedekatan dengan bumi. Hadits riwayat Al-Bukhari No. 5415 dari Sayyidina Anas Anas Radhiyallahu anhu menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah makan di atas meja makan atau kursi. Hal ini menunjukkan kesederhanaan dalam kehidupan Nabi SAW yang patut diteladani. Lebih lanjut, beliau juga sering duduk dengan sikap tawadhu, yaitu duduk di atas kedua lututnya, di atas punggung kedua kaki, atau dengan posisi kaki kanan ditegakkan dan duduk di atas kaki kiri, seperti yang tercantum dalam hadits lain. Dalam riwayat Al-Bukhari no. 5399, Rasulullah SAW bersabda, "Aku tidak pernah makan sambil bersandar, aku hanyalah seorang hamba, aku makan sebagaimana layaknya seorang hamba dan aku pun duduk sebagaimana layaknya seorang hamba." Pernyataan ini menegaskan kesederhanaan dan keteladanan beliau dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Selain kebiasaan makan dan duduk, tidur lesehan juga terinspirasi dari kebiasaan Nabi SAW. Beliau kerap tertidur di berbagai tempat, termasuk di lantai masjid. 'Abbad bin Tamim meriwayatkan melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidur terlentang di masjid dengan meletakkan satu kaki di atas lainnya (HR. Bukhari No. 475 dan Muslim No. 2100). Namun, perlu ditegaskan bahwa penggunaan kasur atau tempat tidur lainnya tidaklah dilarang. Nabi SAW sendiri tidur di berbagai tempat, termasuk di atas tempat tidur, matras, tikar, lantai, pasir, bahkan terkadang di atas jubah hitam. Matras yang digunakan Nabi SAW berupa kulit yang diisi dengan sabut atau alas wol kasar yang dilipat dua. Keanekaragaman ini menunjukkan fleksibilitas dan adaptasi dalam kehidupan Nabi SAW, yang tidak terpaku pada satu bentuk kenyamanan tertentu.

Dalam konteks desain interior modern, inspirasi dari sunnah Nabi SAW dalam hal lesehan dapat diimplementasikan dengan berbagai cara yang tetap memperhatikan kenyamanan dan estetika. Penggunaan permadani berkualitas tinggi, bantal dengan berbagai ukuran dan tekstur, serta penataan ruangan yang ergonomis dapat menciptakan suasana yang nyaman dan menenangkan, sekaligus mencerminkan nilai-nilai keislaman. Penting untuk diingat bahwa penerapan sunnah ini tidak mengharuskan pengabaian sepenuhnya terhadap furnitur modern. Yang terpenting adalah menyeimbangkan antara kenyamanan modern dan nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam sunnah Nabi SAW. Intinya, lesehan bukan sekadar tradisi, tetapi juga representasi dari sebuah gaya hidup sederhana, tawadhu, dan dekat dengan fitrah manusia.

Kesimpulannya, praktik lesehan merupakan perpaduan harmonis antara tradisi, sunnah, dan modernitas dalam desain interior. Ini merupakan kesempatan bagi umat Islam untuk mengaplikasikan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam menata dan mendesain hunian mereka.