Ramadan dan Kehidupan Intim Pasangan: Pandangan Pakar Seksologi
Ramadan dan Kehidupan Intim Pasangan: Pandangan Pakar Seksologi
Seksolog ternama, dr. Boyke Dian Nugraha, baru-baru ini memberikan pandangannya mengenai kehidupan intim pasangan suami istri selama bulan Ramadan. Berdasarkan observasi di kliniknya, dr. Boyke mencatat penurunan frekuensi hubungan seksual pada pasangan suami istri hingga 40-60 persen selama bulan Ramadan. Penurunan ini, menurutnya, merupakan hal yang wajar mengingat meningkatnya intensitas ibadah dan kegiatan keagamaan seperti tadarus, salat Tarawih, dan amalan sunnah lainnya yang menjadi fokus utama banyak pasangan selama bulan suci ini.
Meskipun demikian, dr. Boyke menekankan bahwa hal ini bukan berarti kehidupan intim sepenuhnya terhenti. Ia mengamati masih ada pasangan, terutama pasangan muda, yang tetap ingin menjaga keintiman dan keharmonisan hubungan seksual mereka selama Ramadan. Untuk pasangan tersebut, dr. Boyke memberikan beberapa panduan yang bijak dan mempertimbangkan aspek spiritualitas.
Salah satu saran penting yang diberikan adalah memprioritaskan ibadah. Hubungan intim sebaiknya dilakukan setelah seluruh rangkaian ibadah telah selesai.
Sebagai contoh, jika pasangan mengikuti salat Tarawih, hubungan intim dapat dilakukan setelahnya. Hal ini menunjukkan rasa hormat terhadap ibadah dan memastikan bahwa kegiatan spiritual tidak terganggu.
Namun, bagi pasangan yang lebih memilih untuk mendekatkan diri melalui hubungan intim di waktu lain, dr. Boyke menyarankan waktu menjelang sahur. Waktu ini, menurutnya, cukup ideal karena pria telah beristirahat dari aktivitas ibadah seharian dan hormon testosteron berada pada puncaknya, sekitar pukul 02.00 atau 03.00 dini hari.
Kondisi ini juga berlaku bagi wanita yang cenderung merasa lebih segar dan siap untuk berhubungan intim setelah bangun sahur.
Lebih lanjut, dr. Boyke menyarankan agar setelah melakukan hubungan intim, pasangan suami istri dapat langsung melakukan mandi junub atau mandi wajib bersama sebelum sahur. Hal ini memastikan kesucian dan kebersihan diri sebelum melanjutkan ibadah puasa. Dengan demikian, keintiman fisik tetap terjaga tanpa mengabaikan kewajiban spiritual.
Kesimpulannya, dr. Boyke menekankan pentingnya keseimbangan antara kehidupan spiritual dan kehidupan intim dalam pernikahan, khususnya selama bulan Ramadan. Panduan yang diberikannya menekankan pentingnya saling memahami, menghargai, dan berkomunikasi terbuka di antara pasangan untuk menemukan waktu dan cara yang tepat untuk menjaga keintiman dan keharmonisan rumah tangga, tanpa mengesampingkan nilai-nilai keagamaan yang dianut.
Berikut beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:
- Prioritaskan ibadah sebelum aktivitas seksual.
- Waktu menjelang sahur bisa menjadi alternatif bagi pasangan yang ingin tetap menjaga keintiman.
- Mandi junub bersama setelah berhubungan intim dapat menjaga kesucian dan kebersihan.
- Komunikasi dan saling pengertian antara pasangan sangat penting.
Dengan mengikuti panduan ini, diharapkan pasangan suami istri dapat menjalani bulan Ramadan dengan penuh berkah dan keharmonisan, baik dalam aspek spiritual maupun fisik.