Terdegradasi ke Serie C, Sampdoria Dihadapkan pada Gelombang Protes Keras

Klub sepak bola Italia, Sampdoria, kini menghadapi masa sulit setelah dipastikan terdegradasi ke Serie C. Kepastian ini menyusul hasil imbang tanpa gol melawan Juve Stabia pada pertandingan terakhir Serie B, Rabu (14/5/2025) dini hari WIB. Hasil tersebut memastikan Il Doria hanya mampu mengumpulkan 41 poin dari 38 pertandingan, menempatkan mereka di posisi ke-18 klasemen akhir.

Degradasi ini menandai pertama kalinya dalam sejarah klub, Sampdoria harus turun ke kasta ketiga liga Italia. Kekecewaan mendalam pun dirasakan oleh para penggemar setia klub yang berbasis di Genoa tersebut. Reaksi keras dari suporter langsung menyusul hasil mengecewakan ini. Usai pertandingan kontra Juve Stabia, sejumlah suporter mencoba menerobos masuk ke lapangan saat para pemain hendak meninggalkan lapangan. Namun, upaya mereka berhasil dihalau oleh petugas keamanan.

Tim Sampdoria kemudian kembali ke Genoa dengan menggunakan pesawat carteran. Perjalanan dialihkan melalui Milan untuk menghindari potensi demonstrasi dan tindakan anarkis dari para penggemar yang marah di kota Genoa. Setelah tiba di Milan, rombongan tim melanjutkan perjalanan darat ke Genoa dengan menggunakan bus tanpa identitas yang dikawal ketat oleh aparat kepolisian. Langkah ini diambil sebagai antisipasi terhadap kemungkinan gangguan keamanan.

Ketegangan antara klub dan suporter sebenarnya telah terjadi beberapa waktu sebelumnya. Pada bulan Maret lalu, mobil milik presiden klub, Matteo Manfredi, menjadi sasaran pelemparan batu dan benda-benda keras lainnya setelah Sampdoria menelan kekalahan telak 0-3 dari Frosinone. Insiden tersebut menjadi sinyalemen awal dari kekecewaan mendalam yang dirasakan para suporter terhadap performa tim kesayangan mereka.

Selain itu, pada April 2025, para pemain Sampdoria juga sempat merasa terancam oleh aksi para suporter garis keras. Akibatnya, tim terpaksa mengungsi ke lokasi rahasia yang jauh dari pusat latihan Bogliasco untuk menghindari potensi konflik dan intimidasi dari para pendukung yang tidak puas. Serangkaian peristiwa ini mencerminkan betapa besar tekanan yang dihadapi oleh klub dan para pemain di tengah performa buruk yang berujung pada degradasi yang menyakitkan.