Luka Kaki pada Penderita Diabetes: Ancaman Amputasi dan Strategi Pencegahan

Penderita diabetes mellitus (DM) perlu mewaspadai komplikasi serius berupa luka pada kaki yang sulit sembuh, yang dikenal sebagai diabetic foot. Kondisi ini bisa berkembang menjadi gangren dan berujung pada amputasi jika tidak ditangani dengan baik.

Menurut ahli bedah vaskular, diabetic foot merupakan komplikasi diabetes yang timbul akibat kombinasi berbagai faktor, antara lain:

  • Neuropati diabetik (kerusakan saraf)
  • Gangguan aliran darah
  • Infeksi
  • Tekanan berlebih pada kaki

Seringkali, gejala awal diabetic foot diabaikan. Padahal, keluhan seperti kesemutan, mati rasa, nyeri, pembengkakan, atau perubahan warna kulit di sekitar luka bisa menjadi indikasi awal kerusakan jaringan.

Tingkat Keparahan Diabetic Foot

Diabetic foot memiliki tingkatan keparahan yang perlu dikenali:

  • Derajat 0: Kaki tampak normal, tetapi berisiko tinggi mengalami luka.
  • Derajat 1-2: Muncul luka dangkal atau ulkus superfisial.
  • Derajat 3: Luka berkembang menjadi infeksi berat, abses jaringan lunak, hingga infeksi tulang (osteomielitis).
  • Derajat 4-5: Kerusakan jaringan sudah tidak dapat diperbaiki dan berpotensi memerlukan amputasi sebagian atau seluruh kaki.

Pada derajat lanjut, kerusakan jaringan bersifat permanen, sehingga amputasi menjadi pilihan terakhir.

Pencegahan Diabetic Foot

Pencegahan diabetic foot memerlukan perawatan kaki yang komprehensif dan rutin. Beberapa langkah penting meliputi:

  • Pemeriksaan Kaki Rutin: Periksa kaki secara teratur untuk mendeteksi luka, perubahan warna, atau tanda infeksi.
  • Alas Kaki yang Tepat: Gunakan sepatu yang nyaman dan pas ukurannya.
  • Kebersihan Kaki: Jaga kebersihan kaki setiap hari.
  • Kontrol Gula Darah: Kontrol kadar gula darah secara ketat.

Jika luka sudah terbentuk, penanganan multidisiplin diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi dan mengurangi risiko amputasi.

Debridemen luka, yaitu pembersihan jaringan mati atau terinfeksi, adalah salah satu metode yang umum digunakan. Selain itu, terapi oksigen hiperbarik dapat mempercepat penyembuhan luka dengan meningkatkan kadar oksigen dalam darah.