Longsor Terjadi di Terowongan Sultan Alimuddin, Pemerintah Kota Samarinda Beri Penjelasan

SAMARINDA - Sebuah peristiwa longsor yang terjadi di terowongan yang menghubungkan Jalan Sultan Alimuddin dengan Jalan Kakap, pada hari Selasa, 13 Mei 2025, sekitar pukul 09.17 WITA, telah menimbulkan perhatian di kalangan masyarakat Samarinda.

Kejadian ini, yang menyebabkan ambruknya sebagian dinding sisi luar terowongan, dengan cepat menyebar dan memicu berbagai spekulasi di platform media sosial. Menanggapi hal ini, Pemerintah Kota Samarinda melalui Wali Kota Andi Harun, memberikan keterangan resmi untuk menenangkan masyarakat.

Wali Kota Andi Harun menegaskan bahwa struktur utama terowongan tetap aman dan tidak terdampak oleh longsor. Menurutnya, longsor hanya terjadi pada bagian luar terowongan yang masih bersifat sementara dan belum dibangun secara permanen.

"Secara struktur, terowongan ini aman. Bagian luar yang longsor itu adalah penahan sementara. Pekerjaan penguatan dinding inlet dan outlet terowongan baru masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2025. Badan utama terowongan telah selesai dikerjakan dan tidak mengalami kerusakan akibat longsor," ujar Andi Harun.

Andi Harun menjelaskan bahwa fokus pekerjaan sebelumnya adalah pada pembangunan terowongan itu sendiri. Penguatan inlet dan outlet terowongan baru direncanakan dan dianggarkan pada tahun 2025. Masyarakat dapat memantau proses lelang proyek ini melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).

Selain memberikan penjelasan mengenai kondisi terowongan, Wali Kota Andi Harun juga menyoroti penyebaran informasi yang tidak akurat di media sosial. Ia mengkritik pihak-pihak yang menyebarkan berita tanpa melakukan konfirmasi atau pengecekan fakta terlebih dahulu.

"Banyak pendapat netizen atau pelaku media sosial yang tidak melakukan cross-check. Namun, ada juga penggiat media sosial yang berhati-hati dalam menyampaikan berita. Namun, ada pihak yang memiliki niat membenci, apapun, baik sekalipun pasti tetap dibilang jelek," kata Andi Harun.

Andi Harun mencontohkan kasus Citraniaga yang sempat terjadi beberapa waktu lalu, di mana informasi dipotong dan dinarasikan secara negatif. Ia menyayangkan tindakan tersebut dan meminta masyarakat untuk lebih bijak dalam menerima dan menyebarkan informasi.

"Jadi, kita berurusan dengan orang yang sifatnya membenci. Mereka memotong informasi dan menarasikan secara jelek. Padahal, situasinya tidak seperti itu," pungkas Andi Harun.