Lonjakan Kasus Malaria di Gorontalo: Tambang Emas Ilegal Jadi Sorotan Utama

Provinsi Gorontalo tengah menghadapi tantangan serius dengan meningkatnya kasus malaria yang mencapai 687 kasus hingga pertengahan Mei 2025. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran mendalam di kalangan pejabat kesehatan dan masyarakat setempat.

Daerah yang paling terdampak adalah Kabupaten Pohuwato dan Boalemo, yang mencatat jumlah kasus tertinggi. Diduga kuat, maraknya aktivitas penambangan emas ilegal di kedua wilayah tersebut menjadi pemicu utama lonjakan kasus malaria ini. Data menunjukkan bahwa Kabupaten Pohuwato mencatat 264 kasus, sementara Kabupaten Boalemo menyusul dengan 243 kasus.

Jeane Istanti Dalie, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, menjelaskan bahwa fenomena pembukaan dan perluasan tambang emas ilegal di kedua kabupaten tersebut diduga menjadi faktor utama peningkatan kasus malaria. Mayoritas penderita malaria berasal dari kalangan penambang emas dan masyarakat di sekitar lokasi pertambangan.

Merespons situasi darurat ini, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo mengambil langkah cepat dengan menyelenggarakan pelatihan intensif selama enam hari, dari tanggal 13 hingga 18 Mei 2025. Pelatihan ini ditujukan bagi kader malaria Migrant Mobile Population (MMP), sebuah inisiatif penting untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam mengatasi penyebaran penyakit menular ini.

Kegiatan pelatihan ini didanai oleh Dana Global Fund Komponen Malaria tahun anggaran 2025. Investasi ini menunjukkan komitmen kuat untuk melindungi masyarakat Gorontalo dari ancaman malaria dan dampaknya yang merugikan.

Pelatihan ini dianggap sangat penting karena malaria tidak hanya berdampak pada kesehatan individu, tetapi juga memengaruhi produktivitas dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Kementerian Kesehatan memberikan dukungan penuh terhadap pelatihan ini, dengan harapan bahwa kader malaria yang terlatih akan menjadi ujung tombak dalam upaya menekan angka kasus malaria di Pohuwato dan Boalemo.

Jeane Istanti Dalie menekankan peran penting kader kesehatan sebagai garda terdepan dalam deteksi dini, edukasi masyarakat, dan penghubung antara layanan kesehatan dan warga. Pelatihan ini membekali para kader dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani dan mencegah penyebaran malaria secara efektif.

"Saya berharap para peserta dapat mengikuti pelatihan ini dengan sungguh-sungguh, aktif berdiskusi, serta mampu menerapkan ilmu yang diperoleh di lapangan nantinya," ujar Jeane Istanti Dalie. Ia juga mengajak seluruh pihak untuk bekerja sama secara solid, termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, untuk mencapai eliminasi malaria.

Pelatihan ini diikuti oleh 52 peserta, terdiri dari 30 orang dari Pohuwato, 20 orang dari Boalemo, serta masing-masing satu orang pendamping dari dinas kesehatan di kedua kabupaten tersebut. Diharapkan, para kader malaria MMP ini dapat menjadi ujung tombak yang efektif dalam menekan angka kasus malaria di wilayah masing-masing.

Dengan upaya yang terkoordinasi dan komitmen yang kuat dari semua pihak, diharapkan Gorontalo dapat mengatasi tantangan malaria ini dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan produktif bagi seluruh masyarakat.