Kaitan Ukuran Jeans dengan Risiko Diabetes: Penjelasan Ahli Metabolisme
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin baru-baru ini menyinggung ukuran celana jeans sebagai salah satu indikator risiko diabetes. Pernyataan ini kemudian memicu diskusi, khususnya mengenai korelasi antara ukuran celana dengan kesehatan metabolik seseorang.
Seorang konsultan endokrinologi, metabolisme, dan diabetes, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD, memberikan penjelasan lebih mendalam mengenai hal tersebut. Menurutnya, terdapat dua parameter utama yang digunakan untuk mengukur obesitas, yaitu Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lingkar perut.
-
Body Mass Index (BMI)
BMI dihitung berdasarkan perbandingan berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Seseorang dianggap mengalami obesitas jika memiliki skor BMI 25 kg/m2 atau lebih.
-
Lingkar Perut
Pengukuran lingkar perut juga menjadi indikator penting. Prof. Suastika menjelaskan bahwa pada pria, lingkar perut di atas 90 cm mengindikasikan obesitas, sedangkan pada wanita, ambang batasnya adalah 80 cm. Ukuran celana jeans 33-34 setara dengan lingkar pinggang 84-87 cm, yang berpotensi menandakan adanya kelebihan lemak di area perut.
Namun, Prof. Suastika menekankan bahwa perhitungan BMI memiliki keterbatasan. BMI tidak memperhitungkan komposisi massa tubuh. Sebagai contoh, seseorang dengan massa otot yang tinggi mungkin memiliki skor BMI yang tinggi, meskipun secara fisik bugar. Oleh karena itu, pengukuran lingkar pinggang sering digunakan sebagai pelengkap.
"Untuk komplikasi seperti diabetes, sakit jantung atau stroke lebih bagus lingkar perut sebagai acuan," kata Prof. Suastika.
Menkes Budi sebelumnya menyatakan bahwa pria yang membeli celana jeans dengan ukuran di atas 32-33 berpotensi mengalami obesitas, yang pada gilirannya dapat memperpendek usia harapan hidup. Pernyataan ini dilontarkan dalam konteks peningkatan kesadaran akan risiko diabetes yang terkait dengan gaya hidup dan obesitas. Walaupun pernyataan Menkes tersebut sempat menuai kontroversi, niatnya adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga berat badan ideal dan mencegah risiko penyakit metabolik. Mengendalikan lingkar pinggang dan mencegah obesitas merupakan langkah penting dalam menjaga kesehatan dan kualitas hidup.