Kisah Didit, Pengemudi Bus AKAP: Antara Tanggung Jawab dan Ketegaran di Jalanan

Di balik roda kemudi bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) PO Medali Mas, Didit Krisnanto (43) memikul tanggung jawab besar. Lebih dari sekadar mengantarkan penumpang dari satu kota ke kota lain, ia adalah penjaga keselamatan mereka. Bagi Didit, profesi yang mungkin dipandang sebelah mata oleh sebagian orang ini adalah amanah untuk memastikan setiap penumpang tiba di tujuan dengan selamat.

Didit, yang berasal dari Malang, Jawa Timur, telah lebih dari satu dekade malang melintang di dunia transportasi. Pengalamannya sebagai sopir bus AKAP telah menempa mentalnya menjadi baja. Ia pernah menghadapi situasi genting saat bus yang dikemudikannya ditabrak bus pariwisata di jalan tol daerah Ungaran. Benturan keras itu nyaris membuat busnya terperosok ke parit. Namun, dengan ketenangan dan perhitungan matang, Didit berhasil mengendalikan situasi, mencegah terjadinya hal yang lebih buruk, dan menenangkan para penumpang yang panik.

Bagi Didit, kunci menghadapi situasi sulit adalah ketenangan dan komunikasi yang baik. Ia selalu berusaha menjelaskan kondisi yang terjadi secara jujur dan terbuka kepada para penumpang dan pihak terkait. Sikapnya yang tenang dan bertanggung jawab seringkali membuahkan solusi yang baik dan penyelesaian secara kekeluargaan.

Di tengah jadwal perjalanan yang padat, Didit tetap berusaha untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga. Ia sadar bahwa keluarganya, terutama kedua anaknya, selalu menunggunya di rumah. Oleh karena itu, ia selalu berusaha untuk pulang ke rumah setidaknya dua hingga tiga hari dalam seminggu. Waktu yang tersisa digunakannya untuk beristirahat dan mempersiapkan diri agar tetap fit saat kembali bertugas.

Dalam menjalankan tugasnya, Didit bekerja dalam satu tim yang terdiri dari dua sopir dan satu kondektur. Kedua sopir secara bergantian mengemudi setiap lima hingga enam jam. Aturan ini wajib dipatuhi untuk memastikan kondisi fisik sopir tetap prima dan terhindar dari kelelahan yang dapat membahayakan keselamatan penumpang.

Tantangan lain yang dihadapi Didit adalah fluktuasi jumlah penumpang. Saat musim mudik atau libur panjang, bus selalu penuh dan ia bisa mendapatkan tambahan penghasilan. Namun, di hari-hari biasa, penghasilannya bisa berkurang jika target penumpang tidak tercapai.

Meski demikian, Didit tetap optimis terhadap masa depan transportasi bus AKAP. Ia melihat banyak perusahaan otobus (PO) baru bermunculan, menandakan bahwa minat masyarakat terhadap moda transportasi ini masih tinggi. Baginya, menjadi sopir bus bukan hanya sekadar pekerjaan, tetapi juga panggilan jiwa untuk melayani masyarakat dan menjaga keselamatan mereka di jalan raya.

Didit meyakini bahwa sopir bus harus memiliki mental baja, mampu menghadapi berbagai tantangan dan tekanan di jalanan. Lebih dari itu, sopir bus juga harus memiliki hati yang tulus, siap membantu dan melayani siapa pun dengan sepenuh hati, termasuk mereka yang mungkin meremehkan profesinya.