Indonesia Gandeng Belanda Kembangkan Pertanian Tahan Iklim Melalui Teknologi Rumah Kaca

Indonesia berkolaborasi dengan Belanda untuk mengembangkan teknologi pangan yang adaptif terhadap perubahan iklim yang semakin ekstrem. Fokus utama kerja sama ini adalah implementasi teknologi rumah kaca (greenhouse) yang dinilai sangat sesuai dengan kondisi geografis dan iklim Indonesia.

Kepala Bagian Pertanian Kedutaan Besar Belanda, Joost van Uum, mengungkapkan bahwa lahan-lahan di dataran tinggi Indonesia, khususnya di atas 1.500 meter dari permukaan laut (mdpl), sangat ideal untuk pembangunan rumah kaca. Pemanfaatan lahan-lahan eks perkebunan, seperti perkebunan teh yang sudah tidak produktif, menjadi salah satu target utama dalam program ini.

"Kami melihat potensi besar dalam mengubah lahan-lahan perkebunan yang ada menjadi sentra-sentra produksi hortikultura modern. Selain itu, kami juga berencana meningkatkan produktivitas petani melalui penerapan sistem budidaya terbuka yang lebih efisien. Tujuannya adalah agar petani tidak hanya bergantung pada padi di musim kemarau, tetapi juga mampu menghasilkan beragam jenis sayuran sepanjang tahun," ujar Joost usai pertemuan dengan Kementerian Pertanian di Jakarta.

Inisiatif ini juga mencakup peningkatan akses petani terhadap benih berkualitas tinggi dan penyelenggaraan pelatihan hortikultura yang komprehensif. Pelatihan ini diharapkan dapat membekali petani dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan hasil panen mereka.

Joost mengakui bahwa teknologi rumah kaca modern, dengan sistem komputerisasi dan irigasi canggih, membutuhkan investasi yang signifikan. Biaya pembangunan satu rumah kaca berteknologi tinggi seluas lima hektare diperkirakan mencapai US$ 5 juta. Oleh karena itu, kolaborasi dengan investor dari berbagai sektor menjadi kunci keberhasilan program ini.

Selain sektor hortikultura, kerja sama ini juga mencakup pengembangan peternakan sapi perah. Sebuah perusahaan produksi susu asal Belanda berencana mendirikan 30 hingga 40 peternakan percontohan di Indonesia, dengan kapasitas maksimal 30 sapi per peternakan. Investasi untuk setiap peternakan percontohan diperkirakan sekitar US$ 100 ribu.

"Tujuan kami adalah menghadirkan model peternakan modern yang terjangkau bagi peternak sapi perah skala kecil. Dengan akses terhadap pinjaman dan teknologi yang tepat, mereka dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas susu yang dihasilkan. Ini adalah langkah penting dalam mengubah pertanian tradisional Indonesia menjadi pertanian cerdas yang adaptif terhadap perubahan iklim," pungkas Joost.

Rincian Program:

  • Pengembangan Rumah Kaca:
    • Pemanfaatan lahan di dataran tinggi (di atas 1500 mdpl).
    • Konversi lahan eks perkebunan menjadi rumah kaca hortikultura.
    • Target: Peningkatan produksi sayuran sepanjang tahun.
  • Peningkatan Produktivitas Petani:
    • Akses terhadap benih berkualitas tinggi.
    • Pelatihan hortikultura.
    • Penerapan sistem budidaya terbuka yang lebih efisien.
  • Pengembangan Peternakan Sapi Perah:
    • Pendirian 30-40 peternakan percontohan.
    • Kapasitas: Maksimal 30 sapi per peternakan.
    • Fokus: Peternak sapi perah skala kecil.
  • Investasi:
    • Rumah kaca: US$ 5 juta per 5 hektare.
    • Peternakan percontohan: US$ 100 ribu per peternakan.