Kepemimpinan Paus Leo XIV: Energi Terbarukan sebagai Warisan dan Tantangan Global

Paus Leo XIV, penerus kepemimpinan spiritual Vatikan, kini menjadi sorotan dunia. Sosok yang sebelumnya dikenal sebagai Robert Francis Prevost ini, diharapkan dapat melanjutkan jejak pendahulunya, Paus Fransiskus, terutama dalam isu-isu sosial dan lingkungan.

Warisan Paus Fransiskus dalam mendorong energi terbarukan terbilang signifikan. Ensiklik Laudato Si, yang diterbitkan pada tahun 2015, menyerukan aksi global untuk melindungi Bumi dari kerusakan lingkungan dan polusi. Secara khusus, ensiklik ini menekankan pentingnya pengembangan sumber energi terbarukan sebagai alternatif bahan bakar fosil. Data dari International Renewable Energy Agency (IRENA) menunjukkan peningkatan kapasitas terpasang pembangkit energi terbarukan dunia yang signifikan sejak penerbitan Laudato Si.

Sebagai kepala negara Vatikan, Paus Leo XIV juga memiliki tanggung jawab untuk menerapkan kebijakan berkelanjutan di negara yang dipimpinnya. Langkah-langkah konkret telah diambil, termasuk pembangunan "agrivoltaic plant" untuk memasok energi listrik ke Vatikan. Konsep agrivoltaic ini menggabungkan pemanfaatan lahan untuk panel surya dan kegiatan pertanian. Selain itu, Vatikan telah mengadopsi energi terbarukan sejak tahun 2008 dengan pemasangan panel surya di atap gedung The Paul VI Audience Hall.

Namun, tantangan yang dihadapi Paus Leo XIV tidak hanya terbatas pada implementasi energi terbarukan di Vatikan. Dunia saat ini sedang menghadapi skeptisisme terhadap energi terbarukan, dengan munculnya pemimpin-pemimpin yang lebih memilih energi fosil. Kebijakan-kebijakan yang mendukung energi fosil dapat menghambat upaya global untuk mengurangi emisi karbon dan mengatasi perubahan iklim.

Dalam konteks ini, legitimasi moral Vatikan sebagai pemimpin spiritual dunia menjadi sangat penting. Paus Leo XIV dapat memanfaatkan pengaruhnya untuk mendorong negara-negara di seluruh dunia, termasuk negara-negara Katolik dan non-Katolik, untuk terus berinvestasi dalam energi terbarukan dan mengambil tindakan nyata untuk melindungi lingkungan.

Berikut adalah beberapa fokus yang dapat diambil oleh Paus Leo XIV:

  • Eropa: Mendukung upaya berkelanjutan dalam pencegahan perubahan iklim.
  • Afrika dan Asia: Memberikan bimbingan dalam adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim.
  • China: Membuka dialog untuk simbiosis mutualisme dalam memangkas emisi karbon, meskipun terdapat tantangan dalam hubungan Vatikan dengan pemerintah China.

Dengan terus menggemakan pesan Laudato Si, Paus Leo XIV dapat memainkan peran penting dalam memastikan bahwa usaha pencegahan iklim tetap menjadi prioritas global dan bahwa bumi ini dilindungi untuk generasi mendatang.

Laudato Si harus terus digemakan oleh Paus Leo XIV, baik kepada negara-negara Katolik maupun bukan. Usaha pencegahan iklim merupakan aktivitas lintas iman karena bumi ini adalah milik kita bersama.