Jejak Tirto Utomo: Transformasi Aqua dari Pelopor AMDK hingga Dominasi Pasar oleh Danone
Kisah Sukses Aqua: Perjalanan Air Minum dalam Kemasan di Indonesia
Di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi di Indonesia pada era 1970-an, muncul sebuah tantangan besar: akses terhadap air bersih. Kondisi air dari sumur dan ledeng di perkotaan seringkali tidak memenuhi standar konsumsi. Dari sinilah, seorang pengusaha visioner bernama Tirto Utomo melihat peluang untuk menghadirkan solusi inovatif: air minum dalam kemasan (AMDK).
Tirto Utomo, seorang mantan karyawan Pertamina, memiliki latar belakang yang unik. Pengalamannya di perusahaan minyak negara itu membawanya pada kesadaran akan pentingnya air minum yang higienis, terutama setelah adiknya mengalami masalah kesehatan akibat air yang terkontaminasi. Terinspirasi oleh kebutuhan ini, Tirto kemudian mendirikan PT Golden Mississippi pada tahun 1973, sebuah langkah berani mengingat keterbatasan modal dan minimnya pengalaman teknis di bidang pengolahan air.
Pada tanggal 1 Oktober 1974, Aqua resmi diluncurkan ke pasar Indonesia, menandai babak baru dalam industri AMDK. Produk pertama Aqua dikemas dalam botol kaca berukuran 950 ml, mengingat saat itu kemasan botol plastik belum populer. Pabrik pertama Aqua didirikan di Pondok Ungu, Bekasi, Jawa Barat. Langkah Tirto Utomo dianggap revolusioner karena pada masa itu, gagasan membeli air putih, yang dianggap sebagai sumber daya gratis, dianggap tidak lazim.
Tirto Utomo menghadapi tantangan besar dalam memperkenalkan Aqua. Ia harus meyakinkan masyarakat bahwa Aqua bukan sekadar air biasa, tetapi air yang telah melalui proses penyaringan dan sterilisasi yang ketat, serta dikemas secara higienis. Alih-alih menyasar segmen pasar menengah ke bawah, Tirto Utomo memilih untuk fokus pada segmen menengah ke atas, termasuk hotel, restoran, dan maskapai penerbangan.
Momen penting bagi Aqua datang ketika perusahaan konstruksi asing, Hyundai dari Korea Selatan, terlibat dalam proyek pembangunan Tol Jagorawi. Para pekerja asing ini menjadi pelanggan setia Aqua, dan kebiasaan mereka mengonsumsi air kemasan kemudian menyebar ke pekerja lokal. Dari mulut ke mulut, Aqua semakin dikenal dan diterima oleh masyarakat.
Seiring dengan meningkatnya popularitas Aqua, perusahaan membangun pabrik kedua di Pandaan, Malang, pada tahun 1984 untuk memperluas jangkauan pasar di Jawa Timur. Pada tahun 1985, Aqua memperkenalkan kemasan yang lebih kecil, yaitu gelas plastik berukuran 220 ml, untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang beragam.
Pada tahun 1990, PT Aqua Golden Mississippi melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham AQUA. Namun, perubahan kepemilikan terjadi pada tahun 1998 ketika Danone, sebuah perusahaan multinasional asal Prancis, melalui Danone Asia Holding Pte, mengakuisisi mayoritas saham PT Aqua Golden Mississippi. Meskipun demikian, Tirto Utomo tetap memegang saham di Aqua melalui PT Tirta Investama.
Setelah akuisisi, kemasan Aqua mengalami perubahan dan label Danone mulai dicantumkan. Selain Aqua, perusahaan juga meluncurkan merek lain seperti Mizone dan Vit. Pada tahun 2011, perusahaan memutuskan untuk menjadi perusahaan tertutup atau delisting dari pasar modal. PT Tirta Investama kemudian melakukan tender offer kepada pemegang saham minoritas sebelum delisting, dengan harga Rp 500.000 per saham.
Delisting ini menjadikan PT Tirta Investama sebagai pemegang saham mayoritas dan pengendali penuh Aqua, mengubah statusnya menjadi perusahaan tertutup. Kabarnya, PT Tirta Investama mengeluarkan dana sekitar Rp 385 miliar untuk membeli saham publik tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemilik Aqua saat ini adalah Danone asal Prancis. Selain Aqua, Danone juga memiliki perusahaan lain di Indonesia, seperti Grup Sarihusada (produsen susu SGM) dan Nutricia (produsen susu Bebelac dan Nutrilon).
- Sejarah Aqua
- Perkembangan Aqua
- Akuisisi Danone