Kisah Inspiratif: Monang Saragih Taklukkan Ribuan Kilometer Surabaya-Sabang Bersama "Tigor Sijabat"
Monang Saragih dan Perjalanan Epik Bersama "Tigor Sijabat"
Monang Saragih, seorang pria asal Surabaya, baru-baru ini menyelesaikan sebuah perjalanan solo yang luar biasa. Ia menempuh ribuan kilometer dari Surabaya hingga Sabang, kemudian melanjutkan perjalanan ke Palembang, Sumatera, dan kembali lagi ke Surabaya. Perjalanan ini bukan sekadar petualangan biasa, melainkan sebuah bukti keteguhan, keyakinan, dan kecintaan mendalam terhadap mobil Mercedes-Benz B124 keluaran 1994 kesayangannya, yang diberi nama "Tigor Sijabat".
Perjalanan selama 33 hari ini dimulai dari Surabaya pada tanggal 10 April dan mencapai Sabang pada tanggal 21 April. Monang kemudian melanjutkan perjalanan ke Palembang untuk menghadiri acara Signature Regional Sumatera, sebelum akhirnya kembali ke Surabaya pada tanggal 13 Mei. Selama perjalanan panjang ini, Monang sepenuhnya seorang diri di balik kemudi, tanpa penumpang lain.
Meski mengemudi sendirian, Monang mengaku senantiasa merasakan dukungan dari teman-teman komunitas Mercedes-Benz di seluruh Indonesia, keluarga, orang tua, dan terutama, berkat dari Tuhan. Ia bersyukur bahwa selama 33 hari perjalanan, semangatnya tak pernah surut, dan mobilnya tidak mengalami masalah atau insiden sedikit pun. Bahkan, ia tidak perlu mengganti ban atau memperbaiki mesin.
Uniknya, mobil yang digunakan Monang baru saja diperbaiki setelah mengalami kecelakaan pada bulan Februari. Perbaikan selesai pada tanggal 9 April, hanya sehari sebelum keberangkatannya. Banyak pihak yang skeptis dan meragukan kemampuannya untuk mencapai Sabang dengan selamat tanpa perlu diderek.
"Mobil saya mengalami kerusakan akibat kecelakaan pada tanggal 21 Februari," kata Monang. "Namun, mobil ini sudah di-branding untuk acara tersebut. Baru selesai diperbaiki tanggal 9 April, langsung saya gunakan untuk inreyen di beberapa kota. Tanggal 10 malam saya seharusnya berangkat, tetapi lampu bermasalah, jadi keberangkatan diundur ke tanggal 11 malam dari Surabaya."
Menghadapi Tantangan dengan Gaya Khas
Perjalanan ini bukanlah liburan santai, melainkan sebuah petualangan yang penuh tantangan, terutama saat melintasi jalur lintas Sumatera yang terkenal dengan keindahan alamnya sekaligus potensi bahayanya. Untuk mengantisipasi hal ini, Monang memiliki cara tersendiri untuk bertahan, yaitu dengan gaya "tengil" khasnya. Bahkan, saat terjebak kemacetan, ia tak segan "membuka jalan" sendiri agar bisa melanjutkan perjalanan.
"Pengalaman ekstrem banyak saya temui di jalan, namun bisa ditangani dengan gaya saya yang wajib dan diperlukan di suatu waktu," ujar Monang. "Saya pernah diberhentikan oleh gerombolan sopir truk, ya saya tetap percaya diri saja. Gaya-gayaan saja, akhirnya mereka tunduk."
Selain itu, Monang juga memiliki jadwal yang teratur setiap harinya. Ia bangun jam 6 pagi, mempersiapkan mobil pada jam 7, lalu jam 8 mempersiapkan diri, dan jam 9 kembali melanjutkan perjalanan. Selama perjalanan, ia selalu membagikan lokasi terkini secara langsung ke berbagai grup komunitas Mercy, bahkan hingga grup teman-temannya yang sekadar ingin tahu keadaannya.
"Selama di jalan saya tidak pernah sendiri karena ditemani teman-teman melalui online. Jadi saya merasakan tidak pernah sendirian," katanya.
"Tigor Sijabat": Lebih dari Sekadar Mobil
Mercedes Benz B124 sportline ini bukan sekadar mobil biasa bagi Monang Saragih. Mobil ini adalah manifestasi mimpi masa mudanya yang akhirnya terwujud pada tahun 2016 setelah menabung dan bekerja keras.
"Ini adalah dream come true saya dari tahun 2007 dan saya beri Nama Tigor Sijabat, sebutan saya pada zaman SMU di mana saya ingin mobil ini dan bisa saya wujudkan," ujar pria yang memiliki tato di tangan sebelah kiri itu. "Makanya nama brandingnya si Jabat, nomornya juga. Di pulau Samosir pun saya bisa menjumpai si togar si Jabat dimana klo orang batak selalu punya bentuk kaya leluhurnya."
Untuk mewujudkan mimpinya, Monang rela mengeluarkan banyak uang. Hingga tahun 2019, ia telah menghabiskan Rp 162 juta khusus untuk restorasi mobil ini. Belum termasuk biaya perjalanan dan perawatan selanjutnya.
"Makanya selama kepergian ini bukan karena untuk saya pergi. Di mana-mana ketika saya pergi, selalu sebutannya 'kami'. Karena bukan saya pergi diantar mobil ini, tapi mobil ini ditemani saya," ujar pria berusia 34 tahun itu.
Setelah memiliki mobil impian ini, Monang akhirnya memiliki berbagai varian lain dan bergabung dalam klub Mercedes-Benz Club Indonesia (MBCI).
"Apapun varian mercy-nya, klubnya tetap MBCI. Itu yang ingin saya buktikan, bahwa MBCI isinya orang gila semua. Saya salah satunya," sambungnya.
Setelah sukses menempuh perjalanan Surabaya-Sabang, Monang belum ingin berhenti berpetualang bersama mobil kesayangannya. Ia berencana untuk kembali berpetualang dengan penuh semangat.
"Agustus ke Ende NTT. Tahun depan saya mau ke Celebes sampai Manado. Berikutnya target ke Kalimantan sampai ke Brunei, tapi tergantung kekuatan saya ke depan," pungkasnya.