Pertumbuhan KPR BCA Melambat di Awal Tahun, Optimisme Terhadap Kebijakan Pemerintah Tetap Tinggi

Meskipun mencatatkan pertumbuhan positif pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sepanjang tahun 2024, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengakui adanya perlambatan di awal tahun 2025. Menurut EVP Consumer Loan BCA, Welly Yandoko, KPR BCA menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 11,2% secara tahunan pada akhir tahun 2024. Namun, tren ini sedikit terhambat pada awal tahun 2025.

Welly Yandoko menjelaskan bahwa kondisi makroekonomi yang kurang mendukung menjadi salah satu faktor utama penyebab penurunan ini. Melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia berdampak langsung pada permintaan kredit, termasuk KPR. Mayoritas KPR BCA saat ini menggunakan suku bunga fixed, hasil dari penawaran suku bunga fixed jangka panjang yang dilakukan beberapa tahun terakhir.

Penurunan Permintaan Restrukturisasi Kredit

BCA mencatat penurunan signifikan dalam permintaan restrukturisasi kredit sejak tahun 2023. Puncak permintaan restrukturisasi terjadi selama pandemi Covid-19 dan berlanjut hingga dua tahun setelahnya. Kini, pengajuan restrukturisasi KPR telah kembali normal, setara dengan kondisi sebelum pandemi.

BCA menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran KPR, termasuk analisis mendalam terhadap calon debitur untuk memastikan kelancaran pembayaran. Selain itu, BCA memperkuat sistem Know Your Customer (KYC) dan melakukan analisis terhadap nilai dan area properti sebagai jaminan. Monitoring ketat terhadap kredit bermasalah juga dilakukan, dengan tindakan penyelesaian segera jika diperlukan.

BCA juga menawarkan produk KPR refinancing, yang memungkinkan nasabah memperoleh dana dengan menjaminkan properti yang sudah dimiliki. Proses pengajuan KPR refinancing serupa dengan KPR pembelian, dengan perbedaan pada dokumen jaminan, seperti sertifikat dan IMB yang sudah atas nama nasabah.

Faktor Kenaikan Cicilan KPR

Kenaikan suku bunga, terutama saat beralih dari suku bunga fixed ke floating, menjadi penyebab utama kenaikan cicilan KPR. Namun, suku bunga floating KPR BCA relatif stabil di angka 11% dalam 10 tahun terakhir. Hal ini memungkinkan debitur KPR BCA untuk mengantisipasi potensi kenaikan cicilan.

Penentuan suku bunga kredit mempertimbangkan berbagai faktor, seperti suku bunga acuan, tingkat likuiditas, rasio dana murah (CASA), kualitas kredit, dan kondisi persaingan. Keterbatasan likuiditas bank saat ini membatasi kemampuan bank untuk menyalurkan kredit dengan bunga murah.

Secara umum, produk KPR di pasar menawarkan kombinasi suku bunga fixed dan floating. Suku bunga fixed berlaku untuk periode tertentu, diikuti dengan suku bunga floating hingga akhir masa kredit. BCA menawarkan pilihan suku bunga fixed mulai dari satu hingga sepuluh tahun, serta suku bunga fixed and cap.

Perlu dicatat bahwa KPR BCA fokus pada pembiayaan non-subsidi, sementara KPR subsidi lebih banyak disalurkan oleh bank Himbara.

Harapan Terhadap Dukungan Kebijakan Pemerintah

BCA menilai bahwa kebijakan regulator, seperti relaksasi Loan to Value (LTV) dan program Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP), telah membantu meningkatkan pasar KPR dalam beberapa tahun terakhir. Namun, dengan melambatnya daya beli masyarakat, BCA berharap regulator dapat menciptakan lingkungan pasar KPR yang sehat dan stabil.

BCA juga mengharapkan regulasi yang lebih sederhana dan transparan untuk mengurangi risiko, mendorong inovasi (khususnya digital), dan menjaga keberlanjutan pasar KPR.

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F Haryn, menambahkan bahwa pertumbuhan kredit di BCA secara keseluruhan masih terjaga. BCA terus mendorong penyaluran kredit ke berbagai segmen, termasuk KPR, untuk mendukung perekonomian nasional. Penyaluran KPR BCA tercatat naik 10,5% secara tahunan, mencapai Rp 135,3 triliun per Maret 2025.

Untuk meningkatkan portofolio KPR, BCA menawarkan berbagai pilihan kombinasi skema suku bunga untuk memberikan fleksibilitas kepada nasabah. Inovasi ini merupakan bagian dari strategi BCA untuk menjaga daya beli dan mendukung kebutuhan jangka panjang nasabah. BCA juga mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit serta memperkuat proses credit scoring dan monitoring untuk menjaga kualitas kredit.

Selain itu, BCA menyediakan solusi proaktif kepada nasabah untuk menghindari potensi kenaikan NPL KPR, yang saat ini tetap terjaga di level rendah dan terkendali. BCA secara berkala melakukan penyesuaian suku bunga, dan SBDK BCA menjadi salah satu yang paling kompetitif.

Ke depan, BCA akan terus mendukung kebijakan dan inisiatif pemerintah dalam menjaga stabilitas sektor properti, termasuk penguatan ekosistem pembiayaan perumahan. Sinergi yang baik antara perbankan dan regulator diharapkan dapat mendorong terciptanya pasar KPR yang sehat, inklusif, dan berkelanjutan.