Lapangan Serasuba, Bima: Pusat Kuliner dan Aktivitas Ngabuburit Ramadan
Lapangan Serasuba, Bima: Pusat Kuliner dan Aktivitas Ngabuburit Ramadan
Ramadan di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), tahun ini kembali diwarnai dengan keramaian di Lapangan Serasuba, yang juga dikenal sebagai Lapangan Merdeka. Lapangan ini menjelma menjadi pusat kegiatan ngabuburit dan pusat kuliner takjil, menarik minat ribuan pengunjung tak hanya dari Kota Bima, tetapi juga dari daerah-daerah sekitar, seperti Kabupaten Bima, Dompu, Sumbawa, bahkan Pulau Lombok.
Menjelang waktu berbuka puasa, suasana Lapangan Serasuba begitu semarak. Ribuan warga memenuhi area lapangan, menikmati suasana sore hari sambil mencari takjil dan makanan berat untuk berbuka. Deretan lapak pedagang yang berjejer rapi di sisi timur lapangan menawarkan beragam pilihan kuliner, mulai dari jajanan ringan hingga hidangan berat. Aneka takjil seperti kolak pisang, gorengan, bubur kacang hijau, es campur, dan es teler menjadi incaran utama. Selain itu, terdapat pula berbagai hidangan utama seperti urap, plecing, dan pilihan lauk pauk siap saji seperti ikan palumara dan sayur kelor. Tidak ketinggalan, cita rasa lokal Bima pun diwakili oleh kuliner khas seperti salome, kagape, karawiti, dan kopa sahe, dengan harga yang bervariasi mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 20.000 per porsi.
Keberadaan Masjid Sultan Salahuddin Bima di dekat lapangan menjadi nilai tambah tersendiri. Masjid bersejarah peninggalan Kesultanan Bima ini memudahkan pengunjung untuk menunaikan salat Magrib dan Isya secara berjamaah setelah berbuka puasa. Ramlin (54), warga Desa Leu, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, misalnya, secara rutin datang ke Serasuba setiap Ramadan. Baginya, lokasi Serasuba sangat strategis karena dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, termasuk keberadaan Museum ASI Mbojo dan berbagai lapak kuliner.
Namun, Ramlin berharap Pemkot Bima dapat meningkatkan fasilitas umum di area Serasuba, khususnya penyediaan toilet umum yang masih kurang memadai. Hal ini juga menjadi harapan pedagang seperti Nurhayati (40), penjual aneka gorengan yang telah empat tahun berjualan di Serasuba setiap Ramadan. Ia menyaksikan sendiri bagaimana jumlah pedagang di Serasuba terus bertambah dari tahun ke tahun, dari sekitar 50-60 pedagang menjadi ratusan pedagang saat ini. Meskipun terkadang sepi karena hujan, seperti yang terjadi beberapa hari lalu, umumnya Lapangan Serasuba tetap ramai dikunjungi hingga menjelang waktu berbuka puasa.
Keberhasilan Lapangan Serasuba menjadi pusat kegiatan ngabuburit dan kuliner Ramadan ini menunjukkan potensi wisata kuliner dan budaya lokal yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Keberadaan lokasi strategis, beragam pilihan kuliner, dan fasilitas pendukung seperti masjid bersejarah menjadikan Lapangan Serasuba sebagai ikon Ramadan di Kota Bima dan daya tarik bagi wisatawan lokal maupun regional.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pengembangan lebih lanjut:
- Peningkatan Fasilitas Umum: Pembenahan dan penambahan fasilitas umum, terutama toilet umum, sangat penting untuk kenyamanan pengunjung.
- Pengaturan Lalu Lintas: Pengaturan lalu lintas di sekitar Lapangan Serasuba perlu dimaksimalkan untuk mengantisipasi kepadatan kendaraan selama Ramadan.
- Kebersihan dan Keamanan: Kebersihan lingkungan dan keamanan di area lapangan perlu dijaga untuk memastikan kenyamanan dan keamanan pengunjung.
- Promosi Wisata Kuliner: Pemerintah Kota Bima dapat mempromosikan Lapangan Serasuba sebagai destinasi wisata kuliner Ramadan untuk menarik lebih banyak pengunjung.